Kabar santer Presiden Joko Widodo bakal melakukan perombakan kabinet (reshuffle) semakin sering dibicarakan publik dalam diskusi-diskusi terbuka.
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bhakti, menyatakan benar-benar yakin Jokowi segera melakukan reshuffle.
"Saya yakin reshuffle kabinet akan dilakukan sebelum tanggal 17 Agustus 2016," kata Ikrar dalam diskusi publik bertema "Hiruk Pikuk Reshuffle Kabinet” yang diselenggarakan FIS UI angkatan 78 bersama Forum Pimpinan Media Digital Indonesia di Balai Sarwono, Jeruk Purut, Selasa (19/7).
Menurut alumnus FIS UI 78 ini, isu reshuffle sudah bergulir sejak lama sebelum Partai Golkar menggelar Munaslub dan sebelum Muktamar PPP. Namun, pertanyaannya apakah beda reshuffle yang akan dilakukan dengan perombakan pertama pada Agustus tahun lalu?
Ikrar mengatakan, jika pada kesempatan pertama Presiden Jokowi terlihat berada di bawah tekanan, pada perombakan kedua nanti Presiden Jokowi akan memegang kendali.
Kini Jokowi tidak lagi berada di bawah bayang-bayang oligarki elite partai politik. Karena itu reshuffle akan menampilkan all the president's man karena Jokowi memegang kendali penuh pemerintahan.
"Itu benar-benar all the president's power," tambah Ikrar.
Berbeda dengan reshuffle jilid pertama yang memperlihatkan dominasi Wakil Presiden Jusuf Kalla, perombakan kabinet jilid dua akan menunjukkan kekompakan orang nomor satu dan dua tersebut.
"Kalau terjadi reshuffle, Jokowi dan JK sudah menunjukkan ke-dwitunggalan," terangnya.
Reshuffle pun tidak akan menimbulkan gonjang-ganjing karena sudah dipersiapkan sejak lama. Persis dengan proses pengajuan Tito Karnavian sebagai calon tunggal Kapolri. Nyaris tidak ada penolakan dalam proses itu.
Menurut Ikrar, Presiden Jokowi tidak ingin memperpanjang "rasa tidak puasnya" terhadap kinerja para menteri dan ingin segera menggantinya dengan figur lebih mumpuni. Jokowi akan segera melakukan perombakan kabinet, karena jika terus diulur malah akan menimbulkan ketidaknyamanan.
Namun, Ikrar berharap agar perombakan kabinet tersebut bukan sebagai jalan akomodasi politik terhadap tiga partai yang baru saja bergabung.
"Saya berharap reshuffle bukan hanya akomodasi politik bagi Golkar, PAN dan PPP, tapi bisa menempatkan the right man on the right place," pungkasnya. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA