Korea Utara meluncurkan tiga rudal balistik yang melesat hingga jarak 500-600 kilometer ke laut lepas di pantai timur pada Selasa dini hari (18/7).
Militer Amerika Serikat menyatakan mendeteksi peluncuran benda yang diduga dua rudal Scud dan satu rudal Rodong, misil buatan lokal yang dibuat berdasarkan teknologi Scud era Uni Soviet.
Korea Utara telah meluncurkan kedua jenis rudal itu berulang kali dalam beberapa tahun terakhir, yang dilihat sebagai indikasi negara itu sedang meningkatkan kemampuan misilnya. Namun peluncuran Selasa ini menurut pengamat ditujukan untuk unjuk kekuatan.
"Ini lebih berbau politik daripada teknis bagi saya. Jumlah dan jangkauan rudal itu untuk mengingatkan ROK (Republik Korea/Korea Selatan) tentang siapa lawan yang mereka hadapi," ujar Melissa Hanham, peneliti senior Institut Kajian Internasional Middlebury, seperti dikutip Antara.
Peluncuran itu dilaksanakan beberapa hari setelah Korea Selatan dan Amerika Serikat mengumumkan keputusan akhir mengenai penempatan sistem anti-rudal Terminal High Altitude Area Defence (THAAD) di Korea Selatan untuk menangkal ancaman dari Korea Utara yang memicu Pyongyang mengatasinya dengan respon fisik.
"Penilaian kami itu dilakukan untuk unjuk kekuatan," kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan.
Rudal itu diluncurkan dari datu daerah di bagian barat Korea Utara yang disebut Hwangju antara pukul05.45 pagi dan 06.40 pagi waktu Korea Selatan menurut militer Korea Selatan, indikasi Korea Utara yakin misil itu tidak akan mengenai wilayahnya sendiri.
"Tiga rudal balistik meluncur sejauh antara 500 hingga 600 kilometer, itu jarak yang cukup jauh untuk mengenai seluruh wilayah Korea Selatan, termasuk Busan," jelas militer Korea Selatan dalam satu pernyataan.
Korea Utara telah melaksanakan serangkaian uji tembak rudal balistik dalam beberapa bulan terakhir, termasuk misil jarak menengah pada Juni dan rudal kapal selam bulan ini, menentang resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
"Selain untuk tujuan utama meningkatkan kesiapan rudal untuk bertempur, itu mungkin juga menjadi cara untuk mengingatkan negara tetangga selatan mereka bahwa lokasi yang dipilih untuk THAAD di Korea Selatan berada dalam jangkauannya," kata Joshua Pollack, editor Nonproliferation Review Amerika Serikat.
Korea Selatan mengumumkan minggu lalu bahwa sistem THAAD akan ditempatkan di wilayah tenggaranya yakni Seongju.
Di samping menempatkan sistem THAAD di Korea Selatan, Amerika Serikat belakangan ini membuat marah Korea Utara dengan memasukkan pemimpinnya Kim Jong Un dalam daftar hitam pelanggaran hak asasi manusia.
"Ancaman terhadap keamanan nasional kami tumbuh dengan cepat dalam waktu yang singkat," kata Perdana Menteri Korea Selatan Hwang Kyo Ahn. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA