Kabar santer rencana perombakan kabinet (reshuffle) jilid II di Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo terus bergaung.
Pernah diberitakan redaksi media ini, kocok ulang sejumlah jabatan menteri pembantu presiden diduga dilakukan paling lama sebulan setelah Lebaran 6 Juli lalu.
Tentu saja reshuffle kali ini mengakomodasi kader-kader Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Golkar, yang sebelumnya menyatakan berada di luar pemerintahan kini menjadi pendukung pemerintahan.
Isu perombakan kabinet memang belum terbukti, namun tetap berkembang liar dan kian detail. Informasi terbaru yang menyebar di Forum Pimpinan Media Digital Indonesia (FPMDI) menyebut ada sejumlah pos pergantian jabatan menteri.
Presiden Joko Widodo sendiri dikabarkan telah memanggil tiga politisi muda ke Istana. Mereka adalah Didik Rachbini (PAN), Budiman Sujatmiko (PDI Perjuangan) dan Idrus Marham (Golkar). Di samping itu, Jokowi disebut-sebut melirik tokoh di luar partai politik yang juga anak dari tokoh peristiwa 10 November 1945 Surabaya Bung Tomo, Bambang Sulistomo.
Dalam rumor yang beredar disebutkan ada lima menteri bakal dikeluarkan dari kabinet atau bergeser pos. Salah satu pejabat yang bergeser pos Rini Soemarno. Salah satu pejabat yang bergeser pos adalah Rini Soemarno. Bekas orang dekat Megawati Soekarnoputri ini memang punya hubungan tak baik dengan PDI Perjuangan. Tetapi informasi terbaru meyakini Rini tidak akan ditendang Jokowi, melainkan hanya digeser menjadi Kepala Staf Kepresidenan (KSP) menggantikan Teten Masduki.
Lalu ke mana Teten Masduki? Disebut-sebut dia bakal menggantikan kader Nasdem, Ferry Mursyidan Baldan di posisi Menteri Agraria dan Tata Ruang. Ferry sendiri disebut-sebut tidak akan dipertahankan Jokowi di kabinetnya alias out.
Namun muncul juga spekulasi Rini Soemarno diplot menjadi Menteri Perhubungan mengganti Ignasius Jonan. Jika spekulasi itu terjadi, belum diketahui Ignasius Jonan akan diplot kemana.
Di lain pihak, muncul nama pengusaha bidang telekomunikasi Wahyu Sakti Trenggono. Wahyu merupakan bendahara umum DPP PAN di bawah kepemimpinan Hatta Rajasa. Namun, saat ini bukan lagi kader partai berlogo matahari itu.
Satu lagi menteri yang disebut-sebut bakal dicopot adalah Marwan Ja'far, kader PKB yang masih menjadi Menteri Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi atau biasa disebut Mendes. Rumor pergantian Marwan memang sudah dibantah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Namun, kalau pun terjadi pergantian sesuai spekulasi berkembang, penggantinya disebut-sebut adalah Sekjen Partai Golkar hasil Munaslub di Bali, Idrus Marham.
Rumor FPMDI ini menyebut ada dua nama kuat yang digadang-gadang oleh Partai Amanat Nasional (PAN) mendapat jatah kursi di Kabinet. Yakni, Taufik Kurniawan yang saat ini menjabat Wakil Ketua DPR atau Mulfachri Harahap yang menjabat Ketua Fraksi PAN di DPR.
Salah satu dari kedua nama itu disebut diplot sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menggantikan kursi Yuddy Chrisnandi. Posisi Yuddy disebut-sebut digeser menjadi Kepala Penasihat Wakil Presiden JK menggantikan Sofyan Wanandi.
Namun, disebutkan pula bahwa JK kurang setuju dengan mutasi Yuddy dan masih mempertahankan di posisi Menteri PANRB. Bila JK berhasil, Mulfachri akan digeser jadi Menteri Pemuda dan Olahraga menggantikan Imam Nahrawi.
Lantas bagaimana posisi Budiman Sujatmiko dan Bambang Sulistomo? Diprediksi, Budiman menjadi salah satu kandidat pengganti Marwan Jafar dan Bambang Sulistomo pun meramaikan bursa kandidat pengganti Menteri PANRB.
Sejauh ini, tidak ada kepastian atas spekulasi yang berkembang, karena semua menjadi hak prerogratif presiden. Namun, setelah memasuki era reformasi, bongkar pasang kabinet bukanlah menjadi peristiwa yang luar biasa.
Sebagaimana mutasi jabatan pemerintahan, pergantian kabinet atau pergeseran politisi di jabatan menteri tidak mesti menunggu 5 tahun seperti jabatan presiden dan wakil presiden.
Mereka yang sebelumnya menjabat menteri di kabinet pun tak sedikit yang diakomodasi pemerintahan dengan tugas-tugas khusus dan fungsi berbeda. Atau ada, beberapa kembali aktif, baik di partai politik maupun DPR.
Segala kemungkinan terbuka, bukan mustahil mereka masuk lagi di formasi kabinet mendatang dengan posisi berbeda. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA