Pemberitaan yang kuat tentang kudeta militer di Turki dan kegagalannya, turut berpengaruh pada persepsi masyarakat Indonesia. Hal tersebut diperlihatkan dengan ramainya lalu lintas dunia maya (media sosial) di Indonesia yang membicarakan tentang, "jika di Indoensia terjadi kudeta, apakah rakyat akan mendukung pemerintah atau militer?"
Jika melihat kondisi Indonesia yang dipimpin oleh koalisi gemuk pemerintah, maka kudeta yang dilakukan baik oleh militer atau pihak lainnya mustahil terjadi di Indonesia.
Hal tersebut senada dengan pernyataan akademisi politik Universitas Sumatera Utara, Fernanda Putra. Ia mengatakan, berbeda dengan Turki, Indonesia tidak memiliki sosok yang memiliki kekuatan signifikan untuk membentuk faksi kuat di luar pemerintah
"Faksi di militer kita tidak terlalu tampak. Tapi kalau di turki itu, memang terlihat ada kekuatan di luar pemerintah yang dapat memberi pengaruh. Kalau di Indonesia tidak ada sosok yang memiliki kekuatan signifikan untuk menciptakan faksi-faksi tersebut," katanya kepada MedanBagus saat dihubungi via handphone, Senin (18/6).
Selain itu, kondisi demokrasi Indonesia yang masih terbilang stabil turut andil menjadikan kudeta tidak akan terjadi di Indonesia.
"Demokrasi yang sudah kita canangkan mulai awal reformasi sudah kita terapkan dengan cukup baik. Kudeta itu terjadi kalau ada masalah yang sifatnya urgent," ujar Fernanda.
Kudeta dapat terjadi di Indonesia jika dan hanya jika integritas bangsa dan negara sudah sangat lemah, seperti yang juga dijelaskan oleh Fernanda.
"Misalnya dianggap pemerintah tidak mampu lagi menjaga integritas bangsa, kemudian di situ ada kemungkinan militer mengambil alih. Tapi kalau dengan situasi yang normal, kita tidak bisa berandai-andai indonesia bisa seperti itu, masih jauh itu," pungkasnya.[sfj]
KOMENTAR ANDA