Butuh dua hari perjalanan bagi Nelly Hutabarat (59) untuk tiba di Jakarta, Selasa (12/7) lalu.
Guru asal Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut) itu, menumpang truk agar bisa menyampaikan aspirasinya di depan Istana Negara.
"Saya berangkat pas arus balik mudik lebaran. Kebetulan, ada kenalan supir truk, orang tua murid saya. Lalu, menumpang sampai Lampung," ungkap Nelly, Kamis (14/7).
Menurut Nelly, banyak orang tua murid yang mengizinkannya menumpang. Pasalnya, mereka sudah tahu jika Nelly sebagai korban penindasan birokrasi dan akan menemui presiden RI, Joko Widodo.
Setelah menyeberangi selat Sunda, Nelly kembali menumpang di tempat kerabatnya di Tangerang, sebelum menginjakkan kaki ke Jakarta.
"Ini yang ketiga kali saya datang ke Jakarta. Waktu itu sampai menjumpai DPR RI tahun 2012. Lalu, menjumpai kantor-kantor dan menyurati Kemendikbud, Kemenpan RB, ke Mabes, ke Kemenkumham dan Sesneg, tahun 2015," tuturnya lebih lanjut.
Masih penasaran aspirasinya tak direspon pemerintah, Nelly pun kembali ke Jakarta, beberapa hari lalu.
Namun, upaya dirinya untuk menemui Presiden Jokowi kandas. Bahkan ia sempat menggelar aksi unjuk rasa diam di depan Istana Merdeka, Rabu (13/7) siang kemarin.
Tak patah arang, Nelly berencana menggelar aksi serupa siang ini.
"Pokoknya sampai ketemu presiden. Saya tidak akan pulang kalau belum ketemu presiden," tekadnya.
Untuk diketahui, Nelly menuntut keadilan setelah menjadi korban kasus penutupan sekolah dan pembongkaran rumah dinas secara paksa berdasarkan SK Kepala Dinas Dikpor, tahun 2011 lalu.
Selain itu, Nelly merasa dirugikan hingga Rp 150 juta selama lima tahun terakhir. Sehingga, dirinya menuntut penggantian materi dengan jumlah yang sama.
"Tuntutan lainnya ganti rugi materi sebesar Rp 150 juta. Sesuai dengan kerugian yang saya alami," paparnya.
Selama lima tahun terakhir, Nelly telah menyurati sejumlah lembaga negara. Namun tidak ada respon positif.[hta]
KOMENTAR ANDA