Aksi terorisme yang terjadi menjelang Lebaran di Solo diprediksi akan terus terjadi hingga menjelang Pilpres 2019.
Rencanaya, besok (13/7) Komjen Tito Karnavian resmi dilantik sebagai Kapolri oleh Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta. Pengalaman dalam menangani aksi teroris di sejumlah daerah menjadi tantangan besar bagi Tito dalam memimpin Korps Bhayangkara.
"Suhu politik sangat panas pada 2018 karena memang menjelang pemilihan (presiden) dan ini akan dimanfaatkan oleh gerakan teroris," kata pengamat kepolisian dan praktisi hukum pidana, Ferdinand Montororing, di Jakarta Selatan, kemarin.
Menurutnya, Presiden Jokowi tidak salah menunjuk Tito menggantikan Jenderal Badrodin Haiti yang sudah habis masa jabatannya. Dia bilang, Tito yang umurnya relatif muda dan sangat berpengalaman ketika memimpin Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), sangat dibutuhkan. "Diperlukan tokoh Polri yang mempunyai kapabilitas yang mumpuni menghadapi dua tahun ke depan, ini kita akan lihat," ungkap dia.
Ketua Umum DPP Generasi Baru Persatuan Indonesia (GB-Perindo) ini mengatakan, teroris akan menggunakan kesempatan tersebut mengingat suhu politik sangat tinggi. Karena itu diperlukan seorang Kapolri yang memiliki kemampuan intelijen tinggi dan mempunyai kapasitas, kapabilitas untuk mengambil langkah cepat. "Itu lah yang menjadi dugaan saya konsepnya Jokowi," kata Ferdinand.
Namun, politikus Gerindra Muhammad Syafi'i mengatakan, terdapat alasan logis di balik penunjukan Tito sebagai Kaporli. Yakni berkaitan dengan pemilihan umum serentak 2019. Dia mengungkapkan, kemenangan Jokowi pada Pilpres 2014 tidak lepas dari campur tangan Tito yang kala itu menjadi Kapolda Papua.
Diketahui, kala itu, mantan gubernur DKI Jakarta itu menang telak di Papua dan akhirnya menjadi presiden. Hal itulah, kata Syafi'i, yang membuat Jokowi mengangkat Tito jadi Kapolri.
"Perolehan suara Pak Jokowi sama Pak Prabowo sudah ada di Papua sebulan sebelumnya di meja Tito. Prestasi hebat itu di Papua bisa buat Jokowi menang mutlak. Makanya dia cepat lompat di Polda Metro Jaya langsung jadi kepala BNPT, sekarang Kapolri," katanya.
Syafi’i pun menduga penunjukkan Tito untuk mengamankan posisi Jokowi pada Pemilu 2019 nanti. Hal itu, menurutnya, terlihat jelas karena nama Tito tak termasuk dalam daftar nama calon Kapolri yang disampaikan Kompolnas. "Tapi Jokowi pilih Tito. Ada sisi yang sudah diamankan," pungkas anggota Komisi III DPR itu
Sebelumnya, Presiden Jokowi memiliki alasan mengapa mengajukan Komjen Tito Karnavian menjadi calon tunggal Kapolri. Jokowi mengungkapkan, Tito memiliki beberapa kelebihan yang dianggapnya mampu mengemban jabatan untuk memimpin Polri dalam beberapa tahun ke depan.
"Saya meyakini beliau mempunyai kemampuan, cerdas, mempunyai kompetensi yang baik, dan kita berharap DPR bisa segera memproses ini," kata Jokowi.
Tidak hanya itu, Jokowi juga mengakui kemampuan Tito dalam membangun jaringan dengan instansi lain yang berkaitan dengan penegakan hukum. Prestasi Tito yang pernah mendapatkan Adhi Makayasa saat menjadi lulusan terbaik Akpol 1987, juga menjadi nilai tambah Tito di mata Jokowi
Jokowi berharap, jika nanti DPR menyetujui penunjukan Tito, mantan Kapolda Metro Jaya ini dapat meningkatkan profesionalisme Polri sebagai pengayom masyarakat, dan memperbaiki kualitas penegakan hukum, terutama terhadap kejahatan narkoba, terorisme, dan korupsi.
Mengenai banyaknya pihak yang mengomentari soal masih juniornya Tito untuk mengemban jabatan Kapolri, Jokowi tidak ambil pusing. "Ya nanti itu urusan Kapolri," tegas Jokowi. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA