Satu lagi tokoh muda cemerlang umat dan bangsa ini, tokoh muda millenial yang berkarakter kuat dan solutif, Husni Kamil Manik, dipanggil ke hadirat Ilahi rabbul 'alamin.
Faktanya, ia dipanggil Ilahi dalam suasana fitri, masih dalam suasana Ied Fitri, setelah sebulan penuh menjalani hari-hari suci Ramadhan.
Dan rasa-rasanya, bahwa penanda akhir hidup beliau berupa sesak nafas, boleh jadi itu sebentuk isyarat peringatan bagi bangsa dan umat di negeri ini.
Masa hidup beliau sangat singkat, 40 tahun, jika dibandingkan pengalaman hidupnya yang panjang dan menderas hingga tuntas. Hidupnya sangat padat makna! Itu membuat saya mengenang tokoh muda millenial ini bukan sebatas kenangan, tapi juga dengan menelusuri ulang beragam referensi ringkas.
Menjalani sekolah madrasah di Karo, daerah dataran tinggi bersuhu 16-17 derajat celcius di Sumatera Utara, itu saja sudah tempaan yang tak ringan. Karo daerah kristiani, dan Husni Kamil kecil menjalani pendidikan madrasah di situ. Itu memberinya kesempatan untuk merasakan langsung bahwa meneguhi identitas imani diri sama sekali bukan bahaya, malah niscaya.
Kemudian masuk perguruan tinggi di Sumatera Barat, Universitas Andalas. Kita tahu negeri itu melahirkan tak sedikit tokoh berkarakter kuat. Bung Hatta, peletak dasar sistem ekonomi koperasi yang berbasis spiritualitas sosial, berasal dari negeri itu. Buya Hamka, ulama besar yang juga sastrawan dan seorang filsuf, juga dari situ. Itu dua contoh.
Dan Husni Kamil yang beranjak dewasa menghirup oksigen berkesadaran sejarah seperti itu di situ.
Semakin dahsyat tempaan karakter itu melalui organisasi HMI dan NU yang digelutinya. Ditambah keterlibatannya pada sejumlah lembaga sosial dan lembaga demokrasi, hingga menjadi Ketua KPU di usia masih muda.
Dengan pengalaman hidup seperti itu, tidak heran Husni Kamil menjelma tokoh muda solutif yang berkarakter kuat.
Kenangan saya yang paling kuat tentang sosok Husni Kamil adalah ketika Pemilu 2014. Saya tidak termasuk di antara kontestan yang punya masalah, tapi saya juga tahu begitu banyak masalah terkait pemilu ketika itu. Malah ada yang menyebutnya pemilu terburuk.
Yang berkesan bagi saya, Husni Malik tampil solutif dengan karakter yang kuat. Benar hukum alam itu, mata air muncul dari tanah yang berguncang. Pemilu 2014 penuh guncangan, Husni Malik muncul sebagai mata air.
Atas kepergiannya yang menghenyak, dan karena sesungguhnya tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan dalam hidup ini, saya tak luput merenungi satu hal ini. Bahwa seorang kader bangsa dan umat yang berkarakter kuat dan solutif, Husni Kamil, seorang Ketua KPU yang tentu saja punya pemahaman mendalam terhadap realitas demokrasi di negeri tercinta ini, sampai harus "sesak nafas"..... tentu saja itu bukan sebuah isyarat kebetulan. Wallahu a'lam bishawab.***
Penulis adalah Ketua Badan Kerja Sama Parlemen Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (BKSP DPD RI), Senator asal Sulawesi Selatan.
KOMENTAR ANDA