post image
KOMENTAR
Kegiatan 'Tawar Kota' yang diselenggarakan oleh Konsorsium Warga Kota sebagai media untuk memperingati HUT Kota Medan ke-426 tahun, Kamis malam (30/6) sampai Jumat (1/7), turut dihadiri oleh keturunan ke-13 dari Guru Patimpus. Beliau adalah Datuk Adil Freddy Haberham.

Seusai rangkaian kegiatan pawai obor dan merefleksi perjalanan Guru Patimpus, Datuk Adil memberikan testimoni tentang 'Tawar Kota'. Ia mengatakan bahwa 'Tawar Kota' adalah kegiatan yang sangat luar biasa.

"Acara ini luar biasa, tidak dapat dibayar dengan uang, tidak dapat dinilai dengan uang," katanya kepada MedanBagus.com, Jumat dini hari (1/7)

Ia mengaku bahwa kegiatan semacam 'Tawar Kota' tersebut baru pertama kali diikutinya.

"Kalau saya senang sekali. dan memang acara yang seperti ini baru ini saya ikuti. Selama ini yang saya ikuti sifatnya formal terus, seperti upacara," ungkapnya.

Selain memberikan testimoni terhadap kegiatan tersebut, Datuk Adil juga memberikan sedikit penjelasan tentang pengetahuannya akan sejarah Kota Medan.

"Sebenarnya kalau berbicara tentang kota Medan, kita juga tidak bisa melepaskannya dengan Kesultanan Deli. Kesultanan deli ini memiliki bagian yang disebut dengan datuk urung empat suku, ada sepuluhdua kuta, sukapiring, serbanyaman, dan sinembah, dari namanya saja sudah karo. Sebenarnya juga Kesultanan Deli itukan sengaja dibentuk Belanda untuk politik penguasaan tanah. Jauh sebelum itu ada Guru Patimpus yang telah membangun kota Medan di pertemuan Sungai Deli dan Babura," jelasnya.

Sebagai keturunan dari Guru Patimpus, dirinya merasa terharu dan bangga karena masih ada warga kota yang ingin membangun kepemahaman tentang Kota Medan dan Guru Patimpus.

"Saya terharu dan bangga, banyak orang yang masih ada keinginan untuk mengetahui sejarah kotanya, sejarah Guru Patimpus. Anak-anak muda juga banyak, ini adalah sesuatu yang sangat baik," ujar Datuk Adil.

Datuk Adil berharap kegiatan semacam 'Tawar Kota' terus dilaksanakan dalam peringatan HUT Kota Medan.  

"Saya berharap ke depannya kegiatan seperti terus dilaksanakan. saya juga berharap kawan-kawan dapat berbuat untuk membesarkan pribumi yang ada ini," pungkasnya. [sfj]

FOSAD Nilai Sejumlah Buku Kurikulum Sastra Tak pantas Dibaca Siswa Sekolah

Sebelumnya

Cagar Budaya Berupa Bangunan Jadi Andalan Pariwisata Kota Medan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Budaya