Konversi minyak tanah ke elpiji (gas) ukuran 3 kg terutama konsumen rumah tangga ternyata tidak berhasil. Hal ini karena tingkat konsumsi Minyak Tanah ternyata tidak mengalami penurunan yang signifikan. Demikian disampaikan Ketua Komis VII DPR RI, Gus Irawan Pasaribu.
"Volume subsidi untuk minyak tanah di APBN yang diinginkan pemerintah tetap pada angka 0,69 juta kiloliter atau 690 ribu kiloliter. Tidak berubah walau ada konversi minyak tanah ke elpiji," melalui rilisnya, Selasa (28/6).
Menurut Gus, dengan konversi harusnya ada perubahan yang terjadi terhadap konsumsi minyak tanah. Hal ini sudah mereka pertanyakan kepada pihak pemerintah, namun sejauh ini pemerintah menurutnya tidak mampu memberikan jawaban mengenai kondisi tersebut.
"Dulu tujuan konversi minyak tanah ke elpiji untuk apa? Mengurangi minyak tanah kan. Loh sekarang kenapa kondisinya tetap saja sama,” ujarnya.
Jika dilihat progress konversi elpiji ini sejak 2009 hingga 2015 sebenarnya terjadi peningkatan. Artinya jumlah pemakai gas terus bertambah. Sejak 2009 hingga 2015, katanya, konsumsi elpiji 3 kg itu sudah mencapai total 27,1 juta metric ton. Sedangkan tahun ini konsumsi elpiji 3 kg sekira 6,6 juta metrik ton.
"Artinya jumlah konsumen gas terus bertambah dari rumah tangga baru. Disisi lain, pengguna minyak minyak tanah tetap bertahan," ungkapnya.
Secara prinsip, kata Gus, pihaknya juga tetap akan melihat persoalan subsidi energi ini secara jernih.
"Jika itu digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat kita akan dukung. Misalnya elpiji 3 kg karena digunakan masyarakat kelas bawah tentu akan kita jadikan acuan untuk mempertahankan subsidi. Tapi kalau kemudian di tengah jalan ada persoalan yang menunjukkan konsumsi minyak tanah bertahan, padahal sudah ada konversi dipastikan ada yang tidak beres," deimikian Gus Irawan.[rgu]
KOMENTAR ANDA