Bank Indonesia mengingatkan dampak lanjutan yang harus diwaspadai dari keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit). Potensi terganggunya kerja sama perdagangan antara dua pihak tersebut juga bisa berpengaruh terhadap kinerja ekspor Indonesia.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, pangsa ekspor Indonesia ke Eropa, kecuali ke Inggris, cukup besar yakni mencapai 11,4 persen dengan mayoritas ekspor bahan baku dan mentah.
"Bank Indonesia akan terus mencermati potensi risiko yang muncul dari hasil referendum di Inggris," ujarnya Tirta dalam pernyataan pers, Minggu (26/6).
Dia menjelaskan, untuk dampak jangka menengah, BI melihat dampak Brexit terhadap kinerja perdagangan, pasar keuangan dan investasi yang akan terbatas.
Untuk investasi, dalam lima tahun terakhir, pangsa penanaman modal asing langsung dari Inggris terhadap total penanaman modal asing di Indonesia tercatat di bawah 10 persen. Begitu juga dengan yang terjadi di pasar keuangan.
Pada Jumat sore (24/6) setelah hasil referendum yang menegaskan keputusan Brexit, rupiah menurut kurs tengah BI berada di Rp 13.296 per USD, melemah namun tidak signifikan dibanding hari sebelumnya sebesar Rp 13.265. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia juga sempat melemah pada siang harinya namun mampu rebound sebelum penutupan pasar. Tercatat, IHSG melemah 39,74 poin atau 0,81 persen menjadi 4.834,56.
"Di pasar uang dan pasar saham Indonesia terdapat koreksi yang relatif terbatas, terutama apabila dibandingkan dengan koreksi di negara-negara lain seperti India, Thailand dan Korea Selatan," ujar Tirta.
Sedangkan, dari sisi fundamen ekonomi, BI menilai ketahanan cukup terjaga. Tercermin dari laju inflasi yang rendah, defisit transaksi berjalan yang terkendali, dan nilai tukar rupiah relatif stabil. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA