Ketua Komisi VII DPR-RI Gus Irawan Pasaribu yang membidangi energi dan lingkungan hidup mengungkapkan impor minyak mentah RI sejak 15 tahun lalu sangat menguras (membebani) anggaran negara.
Dia mengungkapkan hal itu kepada wartawan di Medan, Minggu (26/6), menanggapi jumlah impor minyak mentah untuk kebutuhan dalam negeri yang harus dilakukan.
"Seperti yang pernah saya ungkap kemampuan kita memproduksi minyak itu kan hanya 820.000 barel per hari. Sementara kebutuhan kita mencapai 1,5 juta barel per hari.
Anggaran negara sangat terkuras untuk memenuhi kebutuhan impor setiap hari. Kita sudah punya pengalaman lima belas tahun jadi importir tapi tak punya kemampuan memperbaikinya," kata Gus yang juga wakil ketua Fraksi Gerindra di DPR-RI itu.
Sebenarnya menurut Gus, saat harga minyak dunia di pasar internasional turun seperti sekarang, pemerintah bisa membuat cadangan strategis, tapi itu tidak dilakukan. Saat ini terdapat dua opsi yang menurutnya bisa dilakukan untuk mengatasi impor minyak yang sangat tinggi tersebut yakni pertama, membuat cadangan strategis tadi, langkah kedua adalah mengoptimalkan kilang yang ada sekaligus mencari sumber minyak baru. Kedua menggali kilang baru harus dilakukan, karena usia kilang minyak di Indonesia saat sekarang yang paling muda sudah 20 tahun.
"Opsi pertama pasti tidak mungkin dilakukan karena kita tak punya kilang penyimpanan. Ini yang sangat kita sesalkan. Karena tidak disiapkan dari dulu. Jadi harus dicari sumber minyak baru. Lantas mengoptimalkan kilang (lama) yang ada juga perlu dilakukan," jelasnya.
Memang, menurut dia, sebelum ada langkah pengoptimalisasian kilang minyak lama tentu harus ada riset. Masalahnya, tetap terdapat kekhawatiran terjadinya mark up anggaran yang dipastikan akan menguras uang negara.
"Karena begini ya untuk melakukan riset itu kita harus gunakan dulu aggaran negara. Nanti setelah ada produksi lalu dibuat production sharing disitulah dana riset tadi dikalkulasi. Kita khawatir malah ada mark up," tuturnya.
Dengan kondisi yang terjadi seperti sekarang Komisi VII, kata dia, menginginkan ada solusi optimal untuk menambah sumber minyak baru.
"Kita selalu mendorong pemerintah memaksimalkan potensi yang ada. Bisa dengan memaksimalkan ladang minyak yang masih beroperasi atau dengan menemukan ladang minyak baru,"
Gus Irawan juga mengungkap tentang target lifting (produksi minyak mentah) Indonesia di 2017 dipastikan turun.
"Minggu lalu kan saya sudah ungkap revisi target di APBN 2016 ke APBN Perubahan. Seperti yang saya katakan. Lifting kita akan terus turun. Termasuk tahun depan," sebutnya.
Gus mengatakan pemerintah tahun depan mengajukan lifting pasti di bawah angka yang sekarang. Padahal sebenarnya yang diinginkan adalah kenaikan bukan penurunan pada angka yang sudah diajukan tersebut.
"Pastinya turun. Dan menurut kita itu terlalu sedikit yang diajukan pemerintah. Karena di APBN tahun depan akan bergerak antara 740 ribu barel per hari hingga 760 ribu barel per hari . Padahal idealnya masih bisa di kisaran 800 ribu barel per hari. Nah waktu kita menyetujui APBN-P 2016 kan sudah jelas angka yang disepakati 820 ribu barel. Coba berapa banyak tuh penurunannya," ungkapnya.
Dia mengaku sangat khawatir jika angka yang diajukan pemerintah tahun depan menjadi kenyataan.
“Produksi minyak terus menurun, jumlah impor kita tetap. Itu artinya cadangan devisa harus kita kuras lebih banyak untuk memenuhi pasokan dalam negeri. Kita masih sangat tergantung pada kilang minyak tua, padahal jika digali maksimal Indonesia punya potensi sumber daya mineral yang sangat besar. Jadi kita terus dorong pemerintah memikirkan upaya lebih maksimal menambah persediaan," ucapnya.[rgu]
KOMENTAR ANDA