Dukungan partai politik dan nonpartai dalam pemilihan kepala daerah tidak perlu dikotomikan. Karena dua-duanya memang dibutuhkan untuk mendorong calon memenangi pilkada.
Direktur Indo Barometer, M. Qodari, menyatakan demikian berdasarkan pengalamannya dalam mendampingi calon di beberapa pilkada di daerah.
"Kita tidak pernah dikotomikan dukungan partai atau relawan. Dua-duanya dibutuhkan, punya fungsi dan peran masing-masing," ungkapnya dalam diskusi "Ahok Galau, Teman Risau" di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat (Sabtu, 25/6).
Pembicara lainnya adalah Ketua PDIP Andreas H. Pareira, Ketua DPP Golkar Agun Gunandjar, dan Imanuel Ebenezer, Ketua Komunitas Batman atau relawan Ahok.
Pengalaman di banyak pilkada, peran partai lebih banyak diawal. Yaitu, sebagai 'perahu' untuk mendaftakan sebagai calon ke KPUD. Setelah itu peran partai berkurang.
"Banyak parpol dalam proses pilkada, tidak jalan justru. Kecuali beberapa parpol tertentu yang solid, saya sebut inisialnya, PKS," ungkapnya disambut tertawa.
"Golkar di daerah tertentu, Sulawesi Selatan misalnya, sukses. Lain tidak," sambungnya.
Dalam amatannya, ada tiga tipologi partai yang mendukung calon dalam pilkada. Yaitu, enggak ada dana, partai tetap bergerak memenangkan calon; ada dana, baru bergerak; dan terakhir sudah ada dan, namun tidak juga bergerak.
"Tragisnya, partai kategori ketiga ini sering Golkar. Sudah ada dana, tidak jalan-jalan," katanya disambul gelak tawan lagi.
Karena itulah, dia menambahkan, dukungan partai saja tidak cukup. Butuh sokongan nonpartai lainnya. Tak hanya relawan, tapi juga ormas, pihak keluarga, dan lainnya.
"Relawan hanya salah satu bagian saja dari mesin politik," tandasnya. [zul]
KOMENTAR ANDA