Presiden ketiga Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie, adalah salah satu dari deretan tokoh pejuang dan berdedikasi yang menjadikan wajah Indonesia menjadi lebih baik dan bermartabat.
Bahkan di mata anggota DPD RI, Fahira Idris, Habibie adalah ikon Indonesia di dunia setelah Presiden Soekarno atau Bung Karno. Hal ini dikatakan Fahira menyambut hari ulang tahun ke-80 dari tokoh asal Parepare, Sulawesi Selatan itu.
"Habibie membuka mata dunia bahwa ada sebuah negara yang baru berkembang tetapi mempunyai industri pesawat terbang. Habibie menjadi ikon Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak anak bangsa yang jenius,” ujar Wakil Ketua Komite III DPD itu kepada wartawan, Sabtu (25/6).
Menurut Fahira, dedikasi Habibie dalam dunia penerbangan dan industri pesawat telah mengangkat harkat dan martabat Indonesia di mata dunia. Habibie mampu memecahkan kebuntuan dan ketidakpastian yang dihadapi industri pesawat terbang dunia selama 40 tahun, yaitu tentang kerusakan yang terjadi pada badan pesawat.
"Teori crack progression yang diciptakan Pak Habibie, membuat pesawat lebih aman. Ini sumbangan besar Indonesia, lewat Pak Habibie, untuk dunia," jelasnya.
"Teori Habibie, Faktor Habibie, Fungsi Habibie dan sekitar 46 Hak Paten Pak Habibie di bidang Aeronautika telah mengibarkan nama Indonesia khususnya di industri pesawat dunia,” ungkap Fahira.
Selain di bidang penerbangan, Habibie sebagai presiden ketiga RI juga menunjukkan ketokohannya. Bagi Fahira, kehidupan berdemokrasi, kebebasan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pendapat, dan pemilu yang terbuka sehingga Indonesia dijuluki negara demokrasi terbesar di dunia, adalah buah dari berbagai terobosan dan keputusan Habibie.
Saat menjadi Presiden, tambah Fahira, Habibie menerbitkan UU Partai Politik, UU Pemilu, dan UU Kedudukan DPR/MPR yang menjamin kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga banyak bermunculan partai-partai politik baru yang pada masa Orde Baru diharamkan.
"Pada masa Habibie dimulainya pelaksanaan Pemilu tidak hanya Luber tetapi demokratis, jujur, dan adil seperti yang kita warisi hingga saat ini," ujar Fahira.[rgu/rmol]
KOMENTAR ANDA