Kawasan konservasi hutan serta Hutan Tanaman Industri dikawasan Danau Toba, diharapkan menjadi wilayah ekowisata hutan dalam upaya dukungan peningkatan Danau Toba sebagai Monaco Of Asia. Sehingga ekowisata Danau Toba lebih mencakup pada seluruh aspek pengembangan nilai dan sejarah.
Rekomendasi tersebut disampaikan Jantoguh Damanik anggota DPRDSU Komisi B dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang dipimpin Sekretaris Komisi B Aripay Tambunan, dengan menghadirkan manajemen PT. Toba Pulp Lestari, Tbk (TPL), Selasa (21/6) siang diruang rapat komisi B DPRDSU.
Melalui pemanfaatan dana Corporate Social Responsibility (CSR), Jantoguh Damanik juga memberikan rokomendasi kepada TPL untuk melakukan pengembangan anggrek hutan sebagai habitat asli tanaman Tapanuli, serta memperbanyak dan memperkaya jenus tanaman hutan yang memiliki khasiat pengobatan.
" Kami berharap besar pengelolaan dana CSR TPL lebih diarahkan pada pembenahan, konservasi hutan menjadi ekowisata kawasan Danau Toba sebagai Monaco Of Asia. Selian itu perusahaan ini juga harus mendukung pengkayaan habitat tanaman hutan untuk generasi mendatang. Bila perlu TPL membuat lebel nama dari setiap jenis pohon, agar memberikan pengentahuan baru kepada generasi muda," sebut Jantoguh Damanik.
Sementara itu rekomendasi lainnya juga datang dari Jenny Riany Lucia Berutu, politisi partai Demokrat ini juga lebih mengendepankan pengembangan tanaman endemik asli Tapanuli, yang telah dikenal sejak lama dan menjadi bagian tanaman kehidupan masyarakat yakni Kemenyan (Haminjon). Jenny menuturkan melalui pemanfaatan penggunaan dana CSR TPL, dia yakin pengembangan kemenyan di Tapanuli menghasilkan manfaat besar bagi masyarakat dan petani kemenyan.
Namun hal berbeda justru diungkapkan oleh Leonard Samosir, politi dari fraksi Golkar ini merekomendasikan relokasi operasional dan kegiatan TPL di Tapanuli. Karena dirinya menilai peruahaan belum banyak memberikan manfat besar bagi masyarakat Tapanuli. "Kemenyan harus terus dipekembangkan dan dijaga pelestariannya, gunakanlah dana CSR untuk mendukung pertumbuhannya," ucap Jenny yang hadir bersama dengan Leonard Samosir.
Selain menghadirkan Direktur TPL Leonard Hutabarat, Manager Humas Tagor Manik, Humas TPL Chairuddin Pasaribu, Dedy Armaya, M. Reza, Ebenezer Simanullang, rapat dengar pendapat siang tadi juga menghadirkan Dinas Kehutanan provinsi Sumatera Utara. Kabid Rehabilitasi HUtan dan Lahan Dishut Provsu Ir. Lilik Puji Asmono mengungkapkan pihkanya memiliki data untuk mendukung distinasi Ekowisata dikawasan Simalungun sektor Aek Nauli.
Dari data luasan areal yang dikelola pihak perusahaan, dinas kehutanan provinsi merekomendasikan destinasi obyek wisata hutan lindung yang berdampingan dengan konsesi TPL. Bila dikelola melalui dukungan TPL konsep hutan dengan sistem berkesinambungan akan semakin menguntungkan." Apalagi TPL adalah perusahaan yang sudah dikenal memiliki sistem pengelolaan HTI terbaik," ungkap Lilik Puji Asmono.
Pertemuan yang berjalan sangat alot dan tersebut, telah menghasilkan sejumlah rekomendasi terhadap keberadaan perusahaan bubur kertas tersebut. Dalam pertemuan tersebut pihak TPL turut serta mendukung percepatan kawasan Danau Toba sebagai Monaco Of Asia.
Sebagai perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing), TPL dalam menjalankan usahanya menerapkan kebijakan enviroment friendly dan juga mengutamakan kelestarian kawasan Danau Toba. Ditrektur TPL Leonard Hutabarat mengungkapkan langkah pemerintah yang memprioritaskan pembangunan kawasan Danau Toba yang sudah terkenal hingga macanegara, sangatlah tepat. Dukungan ini sebaiknya tidak hanya bagi TPL saja, siapapun yang berada di lingkaran Danau Toba harus turut mendukung program-program yang dicanangkan pemerintah.
Sehingga bumi Tapanuli cepat maju dan tumbuh berkembang sejajaran dengan kabupaten/kota di Sumut khususnya dan nasional pada umumnya. " TPL mendukung seluruh program pemerintah khususnya pembangunan pembangunan Danau Toba. Karena kita adalah bagian dari Danau Toba yang ikut juga berperan dalam membangunnya,” sebut Leo.
Dalam pertemuan tersebut pihak TPL juga meberikan informasi mengenai sejumlah distinasi wisata yang telah dilakukan oleh TPL. Salah satunya adalah menjaga dan merawat situs sejarah yang selama ini telah dipercaya masyarakat Batak, yakni Sumur (Mual) peninggalan Raja Sisingamangaraja XII, dikawasan sektor Hambinsaran Tobasa.
Manager Humas TPL Tagor Manik menekankan pihaknya selalu mendukung program pemerintah untuk kemajuan bersama, terutama dukungan terhadap pengembangan Danau Toba sebagai Monaco of Asia. Manik mengatakan untuk dukungan tersebut pihaknya juga telah membangun dan memperbaiki berbagai infrastruktur jalan, Kawasan Pelestarian Plasma Nutfha (KPPN), Sepadan Sungai Sebagai Obyek Wisata.
"TPL tentu siap mendukung pengembangannya, baik destinasi ekowisata maupun dukungan lainnya. Karena kita juga diwajibkan dan memiliki hak untuk menjaga lahan yang telah dipercayakan pemerintah untuk dimanfaatkan hasilnya," sebut Tagor Manik.
Menurut Tagor Manik dari segi peraturan areal konsesi TPL 188.055 Ha dapat dikelola 70 % dari luasan tersebut. Faktanya TPL hanya merencanakan pengelolaan 40 %, dan faktanya sampai 2015 realisasi baru mencapai 26 % (49.000 Ha). Selebihnya dipertahankan antara lain sebagai kawasan lindung, tanaman kehidupan dan tanaman unggulan sesuai dengan rencana tata ruang PT TPL.[rgu]
KOMENTAR ANDA