Komunis tidak pernah dibiarkan tenggelam di lautan terdalam Indonesia. Komunis dibiarkan mengambang diantara hidup dan mati.
Namun, komunis yang dibiarkan setengah hidup dan setengah mati itu tidak berbentuk manifestasi. Komunis yang dibiarkan bergitu adanya di Indonesia bagaikan hantu, tidak nyata namun dapat membuat kekacauan.
Kenapa bisa seperti itu?
Ideologi dan gerakan komunis di Indonesia sudah tak bernyawa lebih dari setengah abad. Di dunia internasional pun, komunis tidak lagi memiliki gairah. Negara di berbagai belahan dunia yang masih memakai ajaran komunis sebagai ideologi negaranya tidak benar-benar menggunakan komunis sebagai manifestasi politik. Lihat saja China, negara yang secara administratif menjadikan komunis sebagai ideologi justru menggunakan kapital 'hitam' dalam praktik bernegara.
Sesuai fakta di lapangan, komunis efektif digunakan untuk momentum politik tertentu, bukan untuk dipraktikkan, namun untuk dijadikan sebagai bahan propaganda. Komunis digunakan satu kelompok untuk memfitnah kelompok lain. Kurang lebih teknisnya begini, lawan politik yang dituduh sebagai simpatisan komunis akan mendapat pandangan negatif dari masyarakat luas.
Lain lagi dengan beberapa pekan terakhir. Embel-embel komunis kembali efektif untuk digunakan di negara ini. Tidak jauh dari aroma politik namun bukan pada sebuah kontestasi formal, bukan Pilpres, Pileg, Pilkada, atau Pil-pil lainnya. Komunis dibuat seakan kembali bangkit, Indonesia menjadi heboh kemudian kacau.
Tiba-tiba, banyak hal yang berbau komunis ataupun PKI menjadi viral di jejaring dunia maya. Tak cukup di jejaring dunia maya, isu kebangkitan komunis terlalu besar untuk dapat ditahan agar tidak masuk ke dunia nyata. Isu kebangkitan komunis pun akhirnya merambah ke dunia nyata di bumi pertiwi ini.
Mulai dari orang-orang yang menduduki jabatan terhormat dan tervital di negara ini hingga orang-orang biasa nan jelata berhuru-hara menanggapi isu tersebut. Ada pula orang terhormat yang sedari awal isu ini muncul mengeluarkan instruksi yang represif sebagai upaya untuk melawan. Orang-orang gagah berseragam yang mendapatkan instruksi pun ikut represif menanggapinya. Siapa saja yang terlihat menggunakan embel-embel komunis akan ditangkap olehnya, sweeping pun dilakukan.
Tak lama setelahnya, pihak yang memberi instruksi itu tiba-tiba menghentikan instruksinya dengan alasan ketertiban, tidak boleh asal tangkap katanya. Orang-orang gagah berseragam ini kemudian tidak terima dengan pemberhentian instruksi tersebut dan mengatakan tetap akan melakukan sweeping, terus mencari segala yang berbau komunis. Kekacauan ganda pun muncul, pertama dengan adanya isu kebangkitan komunis dan yang kedua dengan konfrontasi antar lembaga negara.
Kekacauan-kekacauan tadi tidak akan pernah meraih kesuksesan apabila rakyat Indonesia yang berjumlah lebih dari 250 juta jiwa itu tidak ikut meramaikan. Di situlah peran media sosial dan media pemberitaan, menginformasikan bahwa seakan-akan komunis memang sedang kembali mewabah di Indonesia.
Tanpa disadari, kekacauan yang sudah sangat menumpuk ini dapat menyamarkan masalah yang lebih nyata di Indonesia. Korupsi yang sedang merajalela, ekonomi yang sedang berada pada titik terendah, janji-janji politik pimpinan negara yang tidak kunjung terealisasi, keutuhan bangsa yang hampir bubar tidak diperhatikan lagi.
Beruntung Indonesia masih memiliki banyak orang cerdas, yang tidak begitu saja percaya dengan isu yang dibingkaikan oleh orang-orang terhormat dan media mainstream tadi. Orang-orang cerdas ini menularkan sifat bijak kepada yang lainnya, bijak dalam menilai setiap isu yang bergulir di Indonesia. SIfat bijak tersebut kemudian akan menjadikan banyak rakyat melakukan pendekatan dialektik dalam menganilisis isu kebangkitan kembali komunis.
Dengan sendirinya, kekuatan orang-orang cerdas ini mampu memnghentikan kekacauan yang terjadi. Namun berhentinya kekacauan yang disebabkan isu kebangkitan komunis bukan berarti menghentikan kekacauan umum di Indonesia. Lagi-lagi, isu-isu yang dapat mengalihkan permasalahan sesungguhnya di Indonesia kembali hadir.
Hal tersebut menjadi bukti kuat yang menunjukkan bahwa isu kebangkitan komunis beberapa waktu lalu hanya sebuah permainan belaka. Bukti mana lagi yang harus disampaikan untuk menunjukkan bahwa komunis memang tidak lagi punya kekuatan di Indonesia?
Jika memang komunis atau PKI masih memiliki kekuatan dan akan membuat sebuah gerakan nyata di Indonesia, maka itu hanya akan dilaksanakan lewat jalur 'bawah tanah'. Sebuah gerakan yang dijustifikasi sebagai aksi pemberontakan tidak akan mungkin menggunakan pola gerakan terbuka, apalagi berbasis dunia maya.
Setiap dari kita harus membuka mata dan kepala. Hal-hal yang lebih pantas untuk ditakutkan rakyat Indonesia adalah apabila orang-orang terhormat itu, pemerintah, tidak menjalankan fungsinya sebagai pemimpin dan pelindung bangsa.
#NikmatnyaSeranganFajar
KOMENTAR ANDA