MBC. Jelang bulan suci Ramadhan, Ketua Umum Kosgoro 1957 Aziz Syamsuddin didampingi Sekjend Kosgoro 1957 Bowo Sidiq Pangarso dan Bendahara Umum Kosgoro 1957 Rita Widyasari memimpin ziarah ke makam pendiri organisasi Kosgoro 1957, Mas Isman.
Ziarah ini diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya yang kemudian dilanjutkan dengan mengheningkan cipta. Setelah itu, Aziz memimpin ratusan kader Kosgoro meletakkan karangan bunga di makam Mas Isman dan Wakil Presiden Muhammad Hatta.
"Acara ini diselenggarakan, satu kepada Mas Isman dan kepada Pak Muhammad Hatta, dan sekaligus mengenang juga Mas Isman sebagai pendiri daripada Kosgoro," kata Aziz Syamsuddin usai acara di Pemakaman Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Jumat (3/6).
Ketua Umum Barisan Muda Kosgoro 57, Donny Isman berharap, dengan mengenang jasa para pahlawan, utamanya pendiri Kosgoro Mas Isman, organisasi sayap partai Golkar itu bisa menjadi contoh bagi semua kalangan muda di Indonesia.
Dia berharap generasi muda bisa mencontoh tauladan yang diberikan para pahlawan dan pendiri Kosgoro untuk tetap menjaga solidaeitas, sehingga tidak ada lagi perpecahan.
"Jadi saya juga berharap kawan-kawan pemuda khususnya pemuda Kosgoro untuk merapatkan barisan. Jangan ada lagi perpecahan, karena untuk saat ini kita tahu Kosgoro ada beberapa. Tapi saya yakin dengan niat dan "kretek" kalau kata Mas Isman, Kosgoro bisa bersatu kembali untuk kembali mengabdi kepada bangsa," tukas anak pendiri Kosgoro ini.
Nama dan jasa Mas Isman masih melekat di hati para kader Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong atau Kosgoro 1957 di seluruh Indonesia.
Di masa perang kemerdekaan dan sesudahnya, pria kelahiran Bondowoso 1 Januari 1924 itu mendirikan sekaligus memimpin TKR Pelajar Surabaya, juga Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) yang berpusat di Malang, Jawa Timur (1946-1950).
Sesudah Indonesia merdeka dan mulai membangun, Mas Isman menjadi salah satu tokoh penting pendiri Kosgoro pada 10 November 1957. Organisasi koperasi ini terus berkembang ke tingkat nasional dan berkontribusi sangat besar pada pembangunan.
Tokoh yang sudah ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional pada tahun lalu itu, pernah menerima berlimpah tugas negara, misalnya di Kantor Perdana Menteri Indonesia pada 1956-1958, Anggota delegasi RI untuk berunding di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1958 dan menjadi Kepala Perwakilan RI di Rangoon, Birma pada 1959, Duta Besar RI di Bangkok, Thailand (1960-1964), dan Kairo, Mesir (1964-1967) dengan pangkat Brigjen. Pada periode1978-1982, ia menjadi anggota DPR/MPR RI.[rgu]
KOMENTAR ANDA