Kerap padamnya listrik di Pulau Sumatera membuat banyak pihak geram, hal ini juga dialami Frans Simatupang selaku praktisi bisnis manufaktur di Sumatera.
"Hampir tiap hari ada pemadaman bergilir di Sumatera Utara ini, Tanjung Morawa sana paling parah kondisinya. Bisa ditanyakan langsung kepada masyarakat Tanjung Morawa soal keadaan yang buruk terhadap listrik di Sumatera," kata Frans kepada wartawan, Rabu (1/6).
Dia menjelaskan, pertumbuhan kebutuhan listrik di Sumatera amat tinggi jika dibandingkan dengan kebutuhan listrik di Jawa. Tahun 2015 kebutuhan listrik di Jawa hanya tumbuh 1,2 persen, sementara pertumbuhan kebutuhan listrik di Jawa 7 persen. Menurut proyeksi pertumbuhan listrik di Sumatera tinggi 10 persen ada di Sumatera Bagian Selatan, dan 7 persen ada di Sumatera Bagian Utara.
"Sumatera ini punya segala macam bahan mentah energi seperti batubara. Tapi ini kan ironis, daftar antrean tunggu daftar listrik di Sumatera ini sangat panjang, belum lagi antrean sektor usaha untuk mendaftar sampai berbulan bulan lamanya," ujar Frans.
Dirinya mengaku prihatin karena pembangkit listrik di Sumatera Selatan malah mengaliri listrik lewat HDVC (High Voltage Direct Current) atau kabel bawah laut bertegangan tinggi ke Pulau Jawa.
"Padahal Jawa sudah mengalami guyuran listrik yang besar dan sudah terinterkoneksi, jaringannya sudah terintegrasi sementara Sumatera belum. Harus dihitung berapa tingkat elektrifikasi di satu wilayah dan bagaimana pertumbuhan atas potensi ekonominya," beber Frans.
Dia menambahkan, seringnya pemadaman listrik di wilayah Sumatera membawa kesengsaraan banyak warga Sumatera, apalagi menjelang Lebaran ini. Sudah banyak warga Sumatera mengeluhkan soal pemadaman listrik, dan warga meminta di Sumatera didirikan pembangkit listrik yang hebat seperti di Jawa.
"Kita ini sama satu Indonesia, tidak adil dong kalau listrik dibawa ke Jawa semua," kata Frans.
Karena itu, dirinya mendukung PLN bila pembangkit listrik di Sumatera Selatan itu mengaliri listrik ke di Sumatera bukan ke Jawa.
"karena menggunakan tenaga batubara, jangan sampai Sumatera kena sampah Co2 sementara Jawa terang benderang," tutup Frans.[rgu/rmol]
KOMENTAR ANDA