Pemerintah jangan ulangi kegagalan mengatasi kenaikan harga bahan pokok menjelang bulan Ramadhan.
Di masa bulan puasa Ramadhan, yang tahun ini akan dimulai pekan depan, tingkat konsumsi masyarakat biasanya meninggi. Hal itu yang membuat harga melonjak walaupun stok pangan bisa dikatakan cukup.
"Menjaga kestabilan harga adalah tugas pemerintah. Di sisi lain, meski stok cukup, perilaku konsumen saat puasa juga ikut berpengaruh pada lonjakan harga," ujar anggota Komisi IV DPR RI, Saniatul Lativa, kepada wartawan, Rabu (1/6).
Politisi Partai Golkar ini juga menekankan pentingnya perhatian serius pada soal distribusi pangan. Menurut dia, penanganan distribusi pangan pasti akan mempengaruhi harga.
Selama ini, mata rantai distribusi pangan terlalu panjang. Hal tersebut merupakan salah satu faktor pemicu kenaikan harga pangan di Indonesia.
"Kenaikan harga pangan saat puasa bukan semata disebabkan oleh perilaku pedagang, melainkan juga pada distribusi dan logistik," bebernya.
Dia mengatakan, saat ini pengolahan gabah sudah mencapai angka 2 juta ton. Pengolahan dalam jumlah besar tersebut diharapkan mampu memotong rantai distribusi pangan yang panjang.
"Selain itu, pemangkasan rantai pasokan juga dapat menjaga stabilitas harga beras di tingkat petani," ujar Lativa. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA