Sumatera Youth Food Movement (SYFM) adalah sebuah komunitas yang bergerak dalam memperjuangkan kedaulatan pangan lokal. Untuk menciptakan kondisi kedaulatan pangan lokal, peningkatan kecintaan masyarakat terhadap pangan lokal dan penolakan terhadap pangan impor mesti digalakkan. Hal tersebut yang dijadikan materi kampanye SYFM saat melaksanakan diskusi bedah film berjudul Food Inc di Gedung A Lobby FISIP USU, Jumat (20/5).
"Kegiatan diskusi bedah film ini tidak terlepas dari tujuan komunitas ini yaitu mengkampanyekan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pangan, seperti kedaulatan pangan, cinta pangan lokal, tolak pangan impor dan lain-lain. Kami menyadari bahwa pergerakan tidak hanya dengan aksi turun ke jalan, diskusi film bersama kalangan pemuda dalam hal ini mahasiswa di kampus menjadi bagian dari gerakan. Kebetulan film dokumenter Food Inc menjelaskan kejahatan korporasi pangan yang terjadi. Ya hal ini yang tepat kami rasa," kata Koordinator SYFM, Ricki Santoso kepada medanbagus.com.
Acara diskusi bedah film yang dihadiri oleh kurang lebih 30 mahasiswa ini menurut Ricki adalah sebuah pendekatan kampanye yang tepat untuk mahasiswa konsumtif.
"Memang berbicara tentang pangan di kalangan mahasiswa sekarang sungguh hal yang sulit untuk populer. Kita tahu perilaku kaum intelektual sekarang hedon konsumtif. Tapi kita bersyukur acara ini lumayan sukses diikuti oleh mahasiswa dari awal pemutaran film hingga diskusi. Kurang lebih ada 30 mahasiswa," ungkap Ricki.
Dihadiri oleh puluhan mahasiswa, SYFM berharap mahasiswa dan pemuda dapat menyadari kejahatan korporasi pangan.
"Mudah-mudahan setelah diskusi bedah film ini membuat mahasiswa, pemuda dan masyarakat menyadari kejahatan korporasi pangan di dunia maupun di Indonesia," ujar Ricki.
Ricki berharap masyarakat dapat meningkatkan budaya konsumsi pangan lokal dan menolak pangan impor agar kedaulatan pangan dapat terwujud.
"Tapi yang paling penting mari budayakan konsumsi pangan lokal lalu menolak pangan impor. Mari sejahterahkan petani lokal dengan tidak ngopi, makan, atau nongkrong di tempat-tempat bermodalkan brand terkenal semata. Hingga akhirnya kedaulatan pangan sejati benar-benar dapat terwujud," pungkasnya. [hta]
KOMENTAR ANDA