Seorang geolog asal Sumatera Utara, Gagarin Sembiring angkat bicara terkait musibah yang terjadi di tempat wisata alam air terjun dua warna Sibolangit. Ia menyebutkan musibah tersebut seharusnya dapat dicegah. Hal tersebut disampaikannya kepada medanbagus.com, Rabu (18/5).
"Peristiwa seperti itu seharusnya dapat kita cegah kalau semua pihak melaksanakan perannya dgn baik," kata Gagarin Sembiring.
Gagarin menilai musibah tersebut dapat terjadi karena disebabkan pihak pengelola tidak memiliki bekal tentang potensi bahaya dan para penikmat wisata alam tidak dapat menangkap tanda-tanda yang diberikan alam.
"Harusnya pihak pengelola dibekali tentang potensi bahaya, utamanya banjir bandang ini dan melakukan upaya mitigasi nya. Disamping itu saya memandang kita sebagai penikmat wisata alam inipun terlalu ceroboh menangkap tanda tanda alam," ungkapnya.
Gagarin menjelaskan bahwa banjir bandang tidak datang begitu saja dan selalu memberikan beberapa pertanda sebelum kedatangannya. Tanda-tanda kehadiran banjir bandang seharusnya dapat dipantau secara rutin untuk menghindari terjadinya musibah yang memakan korban jiwa.
"Banjir bandang ini dikenal dua istilah,yaitu pertama flash flood , ini disebabkan volume air yg tiba tiba meningkat dan mengalir dgn cepat, biasanya dirandai dgn curah hujan yg tinggi atau anomali di hulu; yang kedua debris flood, lebih dikenal dgn banjir bandang, ini disebabkan terjadinya longsoran longsoran lereng lembah di hulu. Longsoran ini membentuk bendungan bendungan alam dan suatu saat bisa jebol karena besarnya volume air dihulu dan bisa berdampak efek domino terus ke hilir menggelontorkan apa saja disitu seperti kayu kayu, batu batu dan lumpur. Kondisi ini bisa dipantau rutin dgn pengamatan ke arah hulu," jelas Gagarin.
Musibah yang memakan puluhan korban jiwa tersebut selain disebabkan oleh 'human error', Gagarin juga menyebutkan banjir bandang tersebut dipicu oleh kerusakan lingkungan yang terjadi di hulu.[rgu]
KOMENTAR ANDA