Aktivis Getar, Roy Fachraby Ginting mengecam pemerintah Sumatera Utara, Tanah Karo dan Deliserdang yang sengaja membiarkan banjir bandang terjadi dan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.
Dalam petisi yang diposting melalui dinding Facebooknya, Roy mengatakan, bahwa banjir bandang yang hampir membuat putus transportasi Berastagi-Medan terjadi karena adanya unsur pembiaran dan tidak antisipatifnya pemerintah Kabupaten Karo.
Roy juga menyampaikan geramnya kepada Pemerintah yang terus saja memberikan ijin perambahan hutan dan ekploitasi air di Doulu.
"Katanya itu hutan negara dan hutan lindung yang sangat dilindungi. Tapi kenapa bisa dibangun rumah, kedai serta arena mencucui mobil bahkan Penatapen dijadikan bangunan beton kokoh bertingkat dan kini musik disco terus berputar di saat malam tiba yang memekakkan telinga dan pemimpin kita tidak bertindak sama sekali," kata Roy.
Musibah bisa dicegah, minimal meminimalisir kerugian dan korban. Asalkan, lanjut Roy, Pemerintah menggunakan kekuatan kekuasaannya untuk melakukan antisipasi dan serius memberikan perlindungan kepada warga.
Sebelumnya, banjir bandang yang membawa material guguran batu dari kawah Sinabung telah menghantam desa-desa yang dilalui aliran lahar dingin. Di Desa Kuta Mbaru, Tiga Nderket, tujuh warga diseret air.
Tak lama berselang, Minggu sore, air tiba-tiba meluap dan menyapu bersih lokasi pariwisata Dua Warna, di Sibolangit, Deliserdang. Sebanyak 22 pengunjung yang tengah menikmati piknik dikabarkn diseret air dan masih dalam pencarian. [hta]
KOMENTAR ANDA