Aliansi Sumut Bersatu (ASB), Fitra Sumut, Bakumsu, Hari Institut, Pusham Unimed, SOI, Cangkang Queer, KSPPM, KPAD Samosir yang tergabung dalam Masyarakat Sumut Anti kekerasan Seksual menggelar Aksi Solidaritas Save Our Sister's di Lapangan Merdeka Medan, Minggu (15/5).
Veriyanto Sitohang dari ASB mengatakan aksi solidaritas tersebut diselenggarakan karena Pemerintah Kota Medan dianggap tidak serius dalam menyikapi dan mencegah kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak.
"Kami menilai Pemerintah Kota Medan hingga hari ini tidak serius memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak. Maka pantas dinyatakan Kota Medan adalah kota tidak layak untuk anak dan perempuan. Negara juga tidak mendukung serta responsif terhadap kekerasan terhadap anak dan perempuan," kata Veriyanto, Minggu (15/5).
Veriyanto mengungkapkan bahwa Kota Medan mendapat peringkat tertinggi dalam kasus kekerasan seksual untuk skala Sumatera Utara. Selain kekerasan seksual, kasus human trafficking juga menjadi momok untuk perempuan di Kota Medan.
"Kasus kekerasan seksual menduduki ranking tertinggi, modus pelaku sangat membahayakan anak dan merupakan bentuk kejahatan terberat terhadap anak dan perempuan seperti pemerkosaan, trafficking dan incest. Sebaran kasusnya, Kota Medan tertinggi, menyusul Kota Binjai, Kabupaten Serdang Bedagai, Kota Tanjung Balai dan Siantar. Ini belum dihitung kasus yang terjadi namun tidak di angkat dan mendapat respon yang cukup dari pemerintah melalui aparat penegak hukum dan masyarakat sendiri yang tak berani melaporkannya," ungkapnya.
Karena prestasi yang buruk tersebut, Masyarakat Sumut Anti Kekerasan Seksual mendorong Kota Medan agar dapat menjadi 'leading sector' dalam melayani anak dan perempuan di Sumatera Utara.
"Untuk itu, Masyarakat Sumut Anti Kekerasan Seksual yang terdiri dari lembaga dan individu yang peduli terhadap persoalan ini meminta pihak-pihak terkait untuk melakukan kewajibannya memenuhi hak dan melindungi perempuan - anak. Pemko Medan harus sungguh-sungguh menjadikan Kota Medan “leading sector” Kota Layak Anak dan perempuan di Sumatera Utara," ujar Veriyanto.
Masyrakat Sumut Anti Kekerasan Seksual juga berharap masyarkat dapat lebih peduli terhadap masalah anak dan perempuan.
"Semoga empathy kita dapat mengurangi sedikit penderitaàn korban dan tidak ada lagi perempuan dan anak menjadi korban kejahatan seksual. Kepeduliaan kita adalah penggerak daya juang hingga negara memenuhi tanggung jawabnya melindungi anak dan perempuan," pungkasnya.[rgu]
KOMENTAR ANDA