post image
KOMENTAR
Terbosan Partai Golkar memfasilitasi calon ketua umum dalam Munaslub Bali untuk menyampai visi dan misi patut diapresiasi. Namun demikian, hal ini akan menjadi sia-sia bila ternyata politik transaksional masih pertimbangan utama, dan bukan didasari karena rekam jejak dan visi-misi sang calon.

Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute, Hanta Yuda. Hanta memastikan, apabila orang-orang Golkar bisa menghilangkan politik transaksional,  maka proses yang ada pasti berguna bagi masa depan Golkar.

"Tradisi baru Golkar ini paripurna bila pemiihan ketua umum berdasar visi misi dan rekam jejak. Agar ada ketersambungan. Kalau tak ada, ya itu basa basi," kata Hanta Yuda beberapa waktu lalu (Sabtu, 14/5).

Golkar juga, sambungnya, harus bisa memastikan lebih otonom dan mandiri serta lepas dari pengaruh serta intervensi pihak eksternal. Artinya, secara prinsip, masa depan Golkar menjadi dasar pertimbangan dalam memilih ketua umum.

"Silahkan pilih berdasar rekam jejak dan visi misi. Jangan karena faktor transaksional atau eksternal. Point saya, apakah Golkar mau melanjutkan tradisi lama karena kekuatan uang? Atau karena tradisi baru? Kalau model lama, ya jadi sia-sia," tegasnya.

Untuk diketahui, ada delapan nama calon ketua umum. Dari nomor urut 1 hingga 8 adalah Ade Komarudin; Setya Novanto; Airlangga Hartarto; Mahyudin; Priyo Budi Santoso; Aziz Syamsuddin; Indra Bambang Utoyo; dan Syahrul Yasin Limpo. [hta/rmol]

PHBS Sejak Dini, USU Berdayakan Siswa Bustan Tsamrotul Qolbis

Sebelumnya

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN NELAYAN (KPPI) DALAM MENGATASI STUNTING DAN MODIFIKASI MAKANAN POMPOM BAKSO IKAN DAUN KELOR DI KELURAHAN BAGAN DELI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa