MBC. Paket kebijakan pemerintah yang diharapkan menarik investor tidak akan maksimal jika pasokan listrik untuk industri tidak tercukupi.
Permasalahan listrik merupakan salah satu tolak ukur investor untuk membangun industri di Indonesia
Wakil Kepala Unit Pelaksana Program Pembangunan Ketenagalistrikan Nasional/UP3KN, Agung Wicaksono, mejelaskan bahwa sejak terjadi krisis moneter tahun 1997 hingga tahun 2007, belum ada realisasi rencana proyek pembangunan pembangkit listrik oleh pemerintah.
Terakhir, lanjut Agung, proyek pembanguan pembangkit listrik dilakukan pada tahun 2006 dari program tahap I yang dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan wakilnya Jusuf Kalla (SBY-JK). Itu pun tak rampung secara keseluruhan
"Di era SBY-JK, menargetkan pembangkit listrik 10 ribu megawatt tahap I dan 10 ribu megawatt tahap II. Sekarang tahap I sudah selesai sekitar 9 ribu megawatt. Jadi selama 10 tahun kita tidak ada lagi pembangunan pembangkit listrik," ujarnya dalam diskusi dengan topik "Mengapa 35 Ribu Megawatt Lambat?" di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (14/5).
Agung menjelaskan sisa program pembangkit listrik tahap I dan II di era SBY-JK dilanjutkan oleh Presiden Joko Widodo dan wakilnya Jusuf Kalla yang menargetkan pembangkit listrik 35 ribu megawatt.
"Kalau orang tanya kita sudah sampai mana, 10 ribu tahap I hampir selesai. Saat ini ada sekitar total tahap I dan tahap II sisanya 7 ribu. Jadi yang sedang dibangun adalah program 35 ribu plus 7 ribu megawatt," imbuhnya.
Meski sudah masuk dalam perencanaan, realita cara kerja pemerintah sekarang bersama PLN hampir sama dengan pemerintahan sebelumnya, tidak bisa membuat rencana proyek pembangikit listrik teralisasi cepat.
Tidak hanya proses yang lambat. Menurut Agung, pemerintah harus bersikap tegas untuk membuat rencana program 35 ribu megawatt benar-benar berjalan. Kerjasama antar kementerian ESDM, BUMN dan Keuangan juga harus dievaluasi.
"Cara kerja ini, harus dilihat secara keseluruhan. Bukan hanya sebatas bisnis semata, tapi permasalahan infrastruktur itu yang menjadi akar permasalahan sekarang," ujarnya. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA