Kehadiran ribuan Keramba Jaring Apung (KJA) untuk penangkaran ikan gurame dan nila di Kawasan Danau Toba (KDT), telah mencemari air dan lingkungan danau. Namun pemerintah belum juga mencabut izin usaha perusahaan KJA dan hingga kini masih terus beroperasi.
Ketua Bidang Hukum Yayasan Pecinta Danau Toba, Sandi Ebenezer Situngkir mengatakan, upaya pembiaran terhadap operasi keramba di Kawasan Danau Toba adalah bentuk ketidakkonsistenan pemerintah untuk mewujudkan KDT sebagai destinasi wisata dunia yang sedang dipersiapkan Presiden Jokowi.
"Ada apa dengan pemerintah yang membiarkan perusahaan keramba terus beroperasi dan mencemari Danau Toba? Kenapa tak kunjung dicabut izin usahanya?" ujar Sandi, di Jakarta.
Terkait hal ini, Deputi Perencanaan Investasi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Tamba P Hutapea mengatakan, usaha perikanan di Danau Toba awalnya didasari izin lokasi dari pemerintah setempat. Izin itu diberikan kepada Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
Dia mengatakan, jika pemerintah mengubah peruntukan Danau Toba bukan lagi untuk usaha perikanan, tetapi fokus sebagai daerah tujuan wisata, pemda setempat harus menerbitkan peraturan daerahnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli telah meminta dua perusahaan perikanan di Danau Toba yang mempergunakan Keramba Jaring Apung untuk menghentikan produksinya, karena telah merusak lingkungan danau.
"Pemandangan Danau Toba itu sebenarnya indah, sayangnya kini jorok dan bau. Kita bersihkan dulu. Ada dua perusahaan besar di situ, kami kasih waktu satu tahun agar segera menghentikan operasinya," tutur Rizal, saat rapat Koordinasi pengelolaan Kawasan Pariwisata Danau Toba di Institut Teknologi Del, Toba Samosir (Tobasa), 9 Januari lalu.
Saat ini, pemerintah sebenarnya berupaya meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara. Termasuk dengan menerbitkan kebijakan bebas visa kunjungan singkat yang sudah diberlakukan ke-90 negara.
Salah satu program peningkatkan jumlah wisatawan ini adalah program Toba International Detour. Yakni rangkaian kegiatan aktivasi pariwisata dengan tujuan utama menuju kawasan wisata Danau Toba.
Penggerak Wonderful Toba, Tengku Said Idris Pardede mengatakan, program aktivasi destinasi wisata ini diinisiasi oleh komunitas H3. "Sebuah komunitas yang peduli dengan pengembangan pariwisata kawasan Danau Toba. Aktivasi destinasi wisata Toba International Detour ini juga dikembangkan dalam rangka menyambut program pemerintah tentang 10 prioritas destinasi wisata unggulan Indonesia 2016," ujarnya, di Jakarta, Kamis (12/5).
Toba International Detour 2016 terdiri dari beberaparangkaian kegiatan. "Pertama, Fun Walk for Wonderful Toba, jalan sehat yang diadakan di Jakarta dengan rute seputaran Bundaran HI hingga Monas, DKI Jakarta", ujarnya.
Selanjutnya, Greatest Caldera Ride 2016. Yaitu turing sepeda motor besar bekerjasama dengan organisasi sepeda motor IMBI, IMI dan Komunitas Vespa. "Greatest Caldera Ride akan menempuh jarak total lebih dari 500 KM, melintasi jalur terbaik membelah pegunungan bukit barisan, melintasi tujuh kabupaten,mengunjungi tempat-tempat wisata terutama kawasan Danau Toba," bebernya. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA