post image
KOMENTAR
Tak terasa sudah hampir lima tahun ulama kondang KH. Zainuddin MZ yang dikenal sebagai dai sejuta umat meninggal dunia.

Peringatan haul kelima mantan Ketua Umum Partai Bintang Reformasi (PBR) itu diselenggarakan di kediamannya, Jalan Gandaria Gang H. Aom, Jakarta Selatan, Senin malam (9/5). Ratusan warga berbaur di depan kediaman KH. Zainuddin MZ, duduk rapi di bawah tenda hingga memenuhi anak tangga masjid di depan rumah.

Wartawan senior dan dosen UIN Syarif Hidayatullah, Teguh Santosa, juga terlihat hadir di tengah warga.

Mengenakan baju koko berwarna putih dan peci hitam, Teguh tiba di kediaman keluarga Zainuddin MZ pada pukul 20.00 WIB. Ketua bidang Luar Negeri Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) itu disambut salah seorang putra Zainuddin MZ, Syauqi MZ.

Di dalam rumah, Teguh diperkenalkan kepada istri Zainuddin MZ, Hj. Siti Kholilah, dan putra sulung Zainuddin MZ, Fikri Haikal MZ.

Setelah santap malam di dalam rumah, Teguh bergabung dengan para ulama dan tamu lainnya berkumpul di halaman depan kediaman keluarga Zainuddin. Teguh duduk di sayap kanan, bersama dua putra Zainuddin MZ, Syauqi MZ dan Lutfi MZ.

Usai menghadiri haul Zainuddin MZ, kepada wartawan yang menanyainya di mulut Jalan Gandaria, Teguh mengatakan kedatangannya adalah untuk mengenang ketokohan dan peranan Zainuddin MZ lewat jalan dakwah, dan sama sekali tidak ada kaitan dengan pencalonan dirinya dalam pemilihan gubernur Jakarta.

Dalam pertemuan dengan keluarga Zainuddin MZ pun sama sekali tidak ada disebut-sebut soal pemilihan gubernur DKI Jakarta. Kepada anak-anak Zainuddin MZ, Teguh memperkenalkan diri sebagai pengagum ceramah-ceramah Zainuddin MZ selain sebagai wartawan dan dosen di UIN Syarif Hidayatullah yang juga almamater Zainuddin MZ.

"Saya datang sebagai seseorang yang merasa ikut dibesarkan oleh ceramah-ceramah almarhum KH Zainuddin MZ yang sangat membumi dan mendidik," ujar Teguh.

Teguh bercerita, saat masih kecil di Medan, dia selalu menunggu saat di antara shalat ashar dan shalat maghrib. Di saat itulah masjid di dekat rumahnya memutar kaset ceramah Zainuddin MZ.

"Ini menjadi semacam ritual yang mengiringi masa kecil saya," kata dia lagi.

Teguh berharap agar kehadirannya ke haul Zainuddin MZ tidak digoreng ke arah politik menjelang pemilihan gubernur DKI Jakarta.

"Haul adalah untuk mengenang jasa-jasa baik mereka yang telah mendahului kita. Haul bukan kegiatan politik, dan tidak pantas untuk dipolitisir," demikian Teguh.

Zainuddin MZ lahir di Jakarta pada 2 Maret 1952. Dia menyelesaikan pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah, dan mendapatkan Doctor Honoris Causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia. Putra tunggal dari perkawinan Turmudzi dan Zainabun ini aktif di Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebelum mendirikan Partai Bintang Reformasi (PBR) pada tahun 2002. Zainuddin meninggal dunia pada 5 Juli 2011 akibat tekanan darah tinggi dan jantung.[rgu/rmol]

PHBS Sejak Dini, USU Berdayakan Siswa Bustan Tsamrotul Qolbis

Sebelumnya

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN NELAYAN (KPPI) DALAM MENGATASI STUNTING DAN MODIFIKASI MAKANAN POMPOM BAKSO IKAN DAUN KELOR DI KELURAHAN BAGAN DELI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa