Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar di Bali pada 15-17 Mei 2016 diharapkan akan mampu memilih Ketua Umum yang memiliki visi, misi, wawasan dan kepedulian terhadap pengembangan dan pelestarian seni budaya tradisional.
"Kami berharap Ketua Umum Partai Golkar yang nanti terpilih, memiliki kejelasan orientasi visi dan misi dalam memajukan seni budaya tradisional, seperti halnya kesenian Reyog Ponorogo," kata Ketua Komunitas Reyog Ponorogo (KRP), Suyatno di Kantor KRP Jalan Mayjen Soetoyo, Jakarta Timur, Senin (9/5).
Secara filosofis, lanjutnya, seni tradisional memiliki nilai-nilai luhur yang patut untuk dipedomani. Reyog Ponorogo sebagai salah satu bentuk seni tradisional memiliki nilai filosofis yang luhur seperti nilai sportivitas, nilai heroik, dan nilai moral yang dapat ditransfer dalam membangun karakter bangsa.
"Seni pertunjukan Reyog Ponorogo juga sarat dengan nilai-nilai luhur tentang patriotisme, persatuan, gotong-royong, keberanian, kejujuran, dan pantang menyerah dalam memperjuangkan cita-cita," ulas Suyatno.
Meski pegiat dan seniman Reyog Ponorogo tidak berpolitik praktis, namun dalam pengembangan dan pelestarian kesenian Reyog Ponorogo membutuhkan dukungan politik, termasuk dari partai politik. Dukungan politik diperlukan dalam rangka mempertahankan eksistensinya di antara berbagai bentuk seni yang ada, terlebih dengan makin tergerusnya seni budaya lokal oleh perkembangan peradaban dunia.
"Seni budaya asing begitu mudah menggerus seni budaya lokal kita melalui siaran televisi maupun pemberitaan dunia cyber. Kehadiran negara, dan didalamnya partai politik, ditunggu dalam menjaga tradisi seni budaya lokal," pungkas Suyatno.
Sebagaimana diketahui ada delapan calon Ketua Umum Partai Golkar yang akan bertarung pada Munaslub mendatang yakni Ade Komarudin, Setya Novanto, Airlangga Hartato, Mahyuddin, Priyo Budi Santoso, Azis Syamsuddin, Indra Bambang Utoyo, dan Syahrul Yasin Limpo. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA