Sejak diresmikan Presiden Joko Widodo pada 4 Mei 2015 di Bantul, Jawa Tengah, program listrik 35.000 Megawatt (MW) menjadi fokus PT PLN (Persero) untuk mencapai salah satu sasaran Nawacita, yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis khususnya kedaulatan energi.
Sesuai dengan komitmen tersebut, PLN saat ini berada dalam jalur percepatan untuk realisasi program 35.000 MW, adapun rencana yang telah disusun oleh PLN dalam kurun waktu lima tahun (2014-2019) akan membangun 109 pembangkit masing-masing terdiri dari 35 proyek dengan total kapasitas 10.681 MW dan 74 Proyek oleh swasta/ Independent Power Producer (IPP) dengan total kapasitas 25.904 MW.
Hingga kuartal pertama 2016, sebanyak 12.226,8 MW dari total 35.000 MW atau 34,4 persen yang akan dibangun dalam lima tahun sedang tahap perencanaan. Sebanyak 8.377,7 MW atau 23,6 persen sedang dalam tahap pengadaan. Selain itu, PLN juga telah melakukan banyak penandatanganan kontrak jual beli.
"PLN telah melakukan kontrak jual beli/Power Purchase Agreement (PPA) sebesar 10.941 MW atau 30,8 persen," ujar Manajer Senior Public Relations PLN Agung Murdifi, dalam keterangannya (Minggu, 8/5).
Sementara itu, untuk progres konstruksi sudah mencapai 3.862 MW atau 10,9 persen meliputi pembangunan pembangkit, transmisi dan Gardu Induk. Di mana 397 MW pembangkit telah berhasil beroperasi dan masuk sistem kelistrikan. Seperti Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Gorontalo yang telah mampu beroperasi maksimal dan mengatasi defisit listrik di Gorontalo.
"Pembangunan PLTG Gorontalo ini relatif cepat, sejak dibangun pada September 2015, pembangkit berkapasitas 100 MW ini telah mampu beroperasi dan menambah keandalan listrik sistem Sulawesi Utara dan Gorontalo," tambah Agung.
Menurutnya, sebagian besar pembangkit listrik yang merupakan bagian dari proyek 35.000 MW ditargetkan beroperasi tahun 2019.
"Perlu diketahui bahwa membangun pembangkit itu membutuhkan waktu yang lama, misalnya pembangkit berbahan bakar batubara (PLTU) atau berbahan bakar gas (PLTG). Bisa dibayangkan untuk membangun konstruksinya saja, satu pembangkit butuh waktu sekitar 36 hingga 48 bulan, kalau Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) bisa lebih lama lagi. Meski mebutuhkan waktu lama, namun kami akan bekerja keras untuk memenuhi target agar setiap tahun ada pembangkit yang sudah beroperasi," jelas Agung.
Berikut target pengoperasian proyek 35.000 MW dari 2015- 2019;
2015: satu pembangkit listrik, total kapasitas 3 MW,
2016: 38 pembangkit listrik, total kapasitas 2.414,50 MW,
2017: 106 pembangkit listrik, total kapasitas 5.576,9 MW,
2018: 86 pembangkit listrik, total kapasitas 8.446,9 MW,
2019: 80 pembangkit listrik, total kapasitas 19.117,4 MW.
Adapun pencapaian proyek 35.000 MW hingga kuartal I 2016 sebagai berikut;
Tahap perencanaan: 12.226,8 MW (34,4 persen),
Tahap Pengadaan: 8.377,7 MW (23,6 persen),
Tahap PPA dan Proses Financial Close: 10.941,07 MW (30,8 persen),
Tahap construction dan commisioning: 3.862,45 MW (10,9 persen),
Tahap pengoperasian (Commercial Operations Date/COD): 397 MW.[rgu/rmol]
KOMENTAR ANDA