Sebagai sebuah melting pot raksasa, tempat pertemuan dan peleburan begitu banyak manusia dengan berbagai latar belakang, DKI Jakarta membutuhkan sosok pemimpin yang memiliki kemauan dan kemampuan ekstra dalam menjalin komunikasi dengan warga.
Pemimpin yang dibutuhkan Jakarta bukan pemimpin yang suka memberikan keistimewaan pada kelompok tertentu dan di saat bersamaan mengabaikan kelompok yang lain. Pemimpin yang dibutuhkan Jakarta adalah pemimpin yang tidak membangun tembok pemisah di antara warga, melainkan pemimpin yang berani membongkar dan tembok pemisah itu dan mengajak semua warga bergerak ke arah yang sama.
Demikian antara lain yang disampaikan wartawan senior Derek Manangka dalam keterangan yang diterima redaksi. Kata dia, hanya dengan kemauan dan kemampuan komunikasi yang baik, warga Jakarta dapat digerakkan sehingga berbagai program pembangunan, baik program pemerintah pusat di Jakarta maupun program Pemprov DKI Jakarta, dapat diselesaikan dengan baik.
"Jakarta membutuhkan sosok yang mau dan memiliki kemampuan menjalin solidaritas warga. Sosok ini harus humble (rendah hati) dan tidak suka petantang-petenteng sok jagoan," ujar Derek Manangka.
Dari sekian nama yang kini mengikuti proses penjaringan calon gubernur DKI Jakarta di partai politik, menurut hemat Derek, sosok Teguh Santosa memiliki kedekatan dengan kriteria yang disebutkannya di atas.
"Teguh itu mau mengerjakan banyak hal, padahal sudah sibuk sebagai wartawan dan memimpin media. Dia masih mau mengajar dan membantu orang-orang yang memiliki kebutuhan tetapi kurang diperhatikan," kata Derek.
Selain sebagai wartawan, Teguh juga mengajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan London School of Public Relations (LSPR) Jakarta, serta tercatat sebagai salah seorang Wakil Rektor Universitas Bung Karno. Saat ini di dunia kewartawanan Teguh dipercaya menduduki posisi Ketua bidang Luar Negeri Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat.
Dalam penyelenggaraan Hari Pers Nasional (HPN) 2016 di Lombok bulan Februari 2016 lalu, Teguh dipercaya sebagai ketua panitia dan sukses membuat HPN 2016 sebagai yang terbaik dalam sejarah sejauh ini.
Masih kata Derek, Teguh bukan orang partai politik. Sepintas barangkali hal itu bisa dianggap sebagai kelemahan. Tetapi, fakta memperlihatkan Teguh mampu menjalin komunikasi dan memiliki hubungan yang baik dengan banyak tokoh penting di Indonesia. Derek menambahkan, dengan demikian posisi Teguh yang tidak merupakan anggota partai politik manapun justru bisa jadi kekuatan.
"Teguh jelas tidak partisan. Saya kira ini saat tepat bagi partai politik untuk mempercayakan pemerintahan Jakarta kepada sosok yang bisa menjalin kerjasama dengan semua komponen di Jakarta," ujar Derek Manangka lagi.
Teguh telah mendaftarkan dirinya ikut dalam konvensi di Partai Demokrat, PDI Perjuangan dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Selain itu Teguh juga tengah menjalin komunikasi dengan tokoh-tokoh partai politik lainnya. Dukungan untuk pencalonan Teguh telah disampaikan sejumlah tokoh, seperti Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli juga Walikota Bandung Ridwan Kamil.
Kalangan pekerja dan buruh Jakarta pun berharap banyak pada alumni Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung dan alumni Jurusan Ilmu Politik University of Hawaii at Manoa (UHM), Amerika Serikat ini. [hta]
KOMENTAR ANDA