RMOL. Kalau tak segera berubah, Partai Golkar bisa bernasib sama dengan Dinosaurus dalam proses kepunahan. Keduanya adalah raksasa, tetapi akhirnya punah dan hanya tinggal kisah.
"Hanya saja dalam kasus Dinosaurus, kepunahannya karena bencana alam. Sedang Golkar mengalami ancaman kepunahan karena proses involusi organisasi dan pembusukan budaya politiknya," ungkap pengamat politik senior AS Hikam.
Dalam amatannya, Setelah terpecah-pecah menjadi parpol-parpol sempalan, partai ini yang dulunya besar itu semakin mengalami penggureman karena gagal melakukan konsolidasi dan pengembangan diri sesuai dengan lingkungan strategis yang berkembang.
"Pemimpin-pemimpin partai ini seperti mabuk kepayang, dan menganggap diri mereka masih dalam kondisi hebat seperti 20 tahun lalu. Istilah gaulnya, mereka gagal untuk 'move on', tetapi malah mbulet dan menghancurkan diri sendiri (self-destruct)!" ucapnya.
Hikam menyatakan demikian terkait keputusan Panitia Munaslub Partai Golkar bahwa setiap calon ketua umum wajib membayar iuran Rp 1 miliar.
Karena itu dia mengingatkan, kalau iuran tersebut tetap dipaksakan, akan membuat rakyat semakin menjauhi Golkar.
"Dan berbagai indikasi semakin jauhnya rakyat terhadap partai itu sangat mudah untuk dilihat. Namun seperti biasa, para elite masih terus pura-pura tak melihat dan mendengar karena mereka sibuk memikirkan kepentingan masing-masing. Bukan kepentingan rakyat, bangsa, dan negara," demikian Hikam. [zul]
KOMENTAR ANDA