Presiden Joko Widodo mengapresiasi pembebasan 10 warga negara Indonesia (WNI) dari tangan kelompok teroris Abu Sayyaf yang berbasis di Filipina. Kepala Negara juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan setingginya kepada semua pihak yang terlibat dalam upaya pembebasan para sandera.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang ikut mendampingi Presiden Jokowi dalam jumpa pers di Istana Bogor, Minggu malam (1/5), mengatakan, sesuai pesan Presiden upaya pembebasan WNI yang disandera oleh sebuah kelompok milisi di Filipina adalah mengutamakan keselamatan para sandera.
"Ini adalah kata kunci," tegas Panglima TNI.
Seperti kata Menlu Retno Marsudi, lanjut Panglima TNI, pembebasan kesepuluh WNI itu adalah langkah-langkah diplomasi total, formal dan informal, di dalamnya ada TNI.
"Maka TNI melakukan operasi-operasi di bawah koordinasi Kementerian Luar Negeri, yaitu operasi intelijen," paparnya.
Panglima TNI juga memohon doa kepada semua masyarakat, agar tidak lama lagi 4 WNI yang masih disandera oleh kelompok milisi di Filipina bisa kita bebaskan dengan selamat.
"Kembali lagi melakukan diplomasi total," tukasnya.
Pelepasan 10 sandera dilakukan pada Minggu siang sekitar pukul 12.15 waktu setempat di Pantai Parang, Sulu, Mindano Selatan, Filipina.
Polisi setempat mengidentifikasi para sandera yang merupakan anak buah kapal (ABK) tunda Brahma 12 dan tongkang Anand bernama Peter Tonson, Julian Philip, Alvian Elvis Peti, Mahmud, Surian Syah, Surianto, Wawan Saputria, Bayu Oktavianto, Reynaldi dan Wendi Raknadian. Mereka diculik kelompok Abu Sayyaf saat berlayar melintasi perairan Tawi-tawi, Filipina Selatan pada 27 Maret lalu.
Sebuah sumber yang dikutip Inquirer, media berbasis di Filipina mengatakan uang tebusan sebesar 50 juta Peso atau sekitar Rp 15 miliar telah dibayarkan kepada Abu Sayyaf. Dan seharusnya sudah dibebaskan di suatu tempat di antara Jumat dan Sabtu.[rgu/rmol]
KOMENTAR ANDA