Wartawan senior, Teguh Santosa menyambangi kediaman tokoh reformasi dan tokoh nasional, Sabri Saiman di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu, (27/4). Bakal calon Gubernur DKI Jakarta itu minta saran dan masukan dari Sabri terkait pencalonannya.
Pertemuan berlangsung hangat dan akrab. Kondisi politik Indonesia, utamanya Jakarta, ikut dibahas dalam pertemuan yang ikut dihadiri Koordinator Teguh 24 Jam, Abdullah Rasyid, serta anggota tim sukses lainnya.
Kepada Teguh, Sabri bercerita banyak hal, seperti mengenai situasi Kota Jakarta. Kata dia, jika bicara situasi Jakarta, berarti berbicara dinamika yang ada di dalamnya. Soal dinamika berarti juga merembet ke persoalan kepemimpinan.
Sabri menilai, suatu yang lumrah dan wajar tatkala banyak calon-calon yang mengajukan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta berikutnya. Kepada Teguh yang dosen UIN Jakarta dan London School Public Relations ini, Sabri berpesan bahwa hal yang harus diingat adalah Jakarta bukan hanya Provinsi semata, melainkan ibu kota Indonesia yang merupakan Negara terbesar ke 4 di dunia. Karenanya, membangun Jakarta jangan hanya dilihat dari pembangunan fisik semata, tapi semua dimensi harus dilibatkan dalam hal pembangunan.
Dia juga mengingatkan Teguh yang Wakil Rektor UBK itu. Kata dia, menjadi pemimpin berarti berbicara tanggung jawab pemimpin bangsa 250 juta penduduk Indonesia. Apalagi, masih banyak yang bergulat dibawah garis kemiskinan, tidak terkecuali warga Jakarta.
"Kedepan kita harus titipkan Jakarta kepada pemimpin yang berani bertanggung jawab, bukannya saling menyalahkan. Bukan kita mencari kesalahan orang, tapi bagaimana memperbaiki agar semua merasa memiliki Jakarta sebagai ibukota provinsi dan ibukota Negara," tegas Sabri.
Sebagai tokoh reformasi, ia menolak keras jika reformasi Indonesia dianggap suatu kegagalan. Baginya, pihak yang menyebutkan demikian, berarti tidak mengerti hakikat dari reformasi.
"Reformasi adalah mereform, pembaharuan. Kalau kita tidak reformasi, tidak mungkin kita sebebas ini (berbicara). Tapi ingat, konotasi dari kebebasan harus diiringi dengan tanggung jawab, jika kita berbicara bangsa," imbuh Sabri.
Teguh Santosa juga dianggap Sabri sebagai sosok pemimpin muda. "Anak muda, siapapun itu, mesti punya syarat-syarat itu. Kalau tak punya karakter, tak punya hati, untuk apa. Kalau hari ini seperti ini, besok harus lebih dari hari ini. Itu namanya perjuangan," demikian Sabri.
H. Sabri Saiman adalah mantan anggota DPR RI periode 2004-2009. Salah satu deklarator Partai Amanat Nasional (PAN). Pada saat reformasi beliau adalah aktifis yang menjahit solidaritas di antara aktifis. Saat ini ia adalah tokoh masyarakat Jakarta, mentor dan guru bagi kawan kawan Aktifis, terutama aktifis Reformasi. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA