Hasil peninjauan Ketua Komisi VII DPR-RI ke berbagai mesin pembangkit listrik di Sumut menunjukkan seluruh kapasitas terpasang tidak beroperasi maksimal.
Gus Irawan Pasaribu, ketua Komisi VII DPR-RI mengungkapkan hal itu berdasarkan peninjauannya ke beberapa mesin pembangkit listrik di Sumut beberapa hari lalu.
“Saya sudah lakukan peninjauan ke beberapa mesin pembangkit pada Senin (19/4) lalu. Ternyata kalau misalnya ada mesin katanya berkapasitas 110 MW daya maksimal yang bisa dikeluarkan ada yang hanya 65 MW,” tuturnya.
“Memang secara umum pasokan listrik di Sumut sudah lebih baik. Menurut data yang disampaikan Direktur Utama PLN saat rapat kerja dengan komisi VII di Senayan dibanding data yang disampaikan Direktur Bisnis Regional PLN Sumbagut saat saya melakukan reses ke daerah sama kondisinya. Presentasi mereka sama,” kata Gus.
Saat ini listrik Sumut sudah tidak defisit dan menurut PLN ada cadangan hingga enam persen. “Tapi kan saya lalu bertanya apakah cadangan enam persen itu hitungannya antara kapasitas terpasang dibanding kebutuhan. Atau output yang dikeluarkan mesin dibanding kebutuhan,” jelasnya.
Sebab, kata Gus, ada banyak laporan bahwa mesin pembangkit PLN di Sumut tidak beroperasi maksimal. “Begini. Saya kan dua pekan lalu reses ke daerah pemilihan saya di Sumut. Sampai di Tapanuli Tengah saya berkujung ke pembangkit listrik Labuhan Angin.”
Dua mesin pembangkit di sana harusnya kan 2x110 MW, tapi saat berkunjung satu mesin sedang overhaul (perbaikan) dan satu lagi mesin yang beroperasi hanya memproduksi listrik 60 MW hingga 70 MW, jelasnya.
“Kalau cadangan listrik tadi yang disebut enam persen dibanding kebutuhan maka angkanya tidak benar. Karena saya yakin banyak mesin yang kapasitas terpasangnya tidak menghasilkan daya maksimal,” kata Gus.
“Hanya saja PLN sudah meyakinkan saya kalau mereka menghitung cadangan yang enam persen tadi antara output mesin terpasang dengan daya yang dihasilkan. Begitupun di Medan masih sering ada pemadaman. PLN beralasan cadangan ideal itu memang 30 persen. Sehingga ketika ada mesin yang tak maksimal beroperasi atau sedang ada gangguan tidak sampai menimbulkan pemadaman,” jelas Gus Irawan yang merupakan anggota DPR-RI dapil 2 Sumut.
“Banyak mesin tak beroperasi maksimal. Kalau ada satu mesin kapasitas 100 MW kemudian keluar 90 MW itu sudah oke. Tapi kalau ada mesin yang hanya memproduksi 60 persen itu sudah tidak benar,” ungkapnya.
Gus menegaskan kalau tidak salah mesin seperti di Labuhan Angin adalah pembangkit pertama dari China. “Kalau mau jelas sebenarnya di China itu mereka paling banyak membangun mesin 1.000 MW. Mesin mereka bagus-bagus. Teknologinya juga bagus. Saya malah takut waktu PLN beli mesin inginnya barang murah. Lalu dikasi KW-3 (tiruan)," ungkapnya.
Lebih mengkhawatirkan, kata Gus, adalah saat penganggaran dana pengadaan mesin pembangkit diusulkan teknologi terbaik tapi karena anggaran bocor di sana-sini lalu yang dibangun malah mesin KW-3 tadi.
Untuk memenuhi pasokan listrik dengan cadangan minimal apakah Sumut perlu melakukan interkoneksi dengan Malaysia misalnya? Gus menampik langkah itu. “Saya fikir tidak perlu ya.”
“Karena nanti akan kejadian lagi yang ditagih berapa dan yang kita terima berapa. Yang seperti itu kita lemah. Istilah saya nanti kita malah dikibulin lagi. Jadi sebaiknya kita harus mandiri. Istilah Trisakti itu kan artinya kita harus mandiri di segala hal,” jelasnya.[rgu]
KOMENTAR ANDA