
Kuasa hukum tersangka, Dingin Pakpahan mengatakan pengaduan yang mereka sampaikan kepada polisi disebabkan adanya dugaan unsur pemerasan dalam penagihan tersebut. Ia menjelaskan kliennya kesal karena merasa diperas oleh kedua petugas pajak tersebut, dimana pada 22 Desember 2015 lalu ia menerima surat dari Kantor Pajak Sibolga mengenai tunggakan pajak tahun 2010 dan 2011 sebesar Rp 3,4 juta. Namun 3 bulan kemudian mereka datang lagi dan jumlah pajaknya naik drastis menjadi Rp 14,7 miliar.
"Pada tanggal 12 april, datanglah kedua korban kerumah tersangka mengantarkan surat paksa, di sampaiakan bahwa tersangka di beri waktu dua x 24 jam utnuk melunasi utang. Pada saat iitu disitu beliau langsung merasa pitam, pilihannya kalau tidak di bayar ya di sita semua, sementara 14 , 7 miliar itu dari mana uangnya, kalau pun di jual asset semuanya tidak akan mencukupi," katanya, Selasa (19/4).
Mereka berharap pihak kepolisian juga mengusut dugaan permainan tersebut agar seluruh rangkaian peristiwa dan penyebabnya menjadi terang benderang. Pihak kepolisian sendiri rencanannya akan menggelar rekonstruksi kasus pembunuhan tersebut dan juga akan memintai keterangan dari pimpinan mereka dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Sumatera Utara II di Pematang Siantar dan KPP Pratama Sibolga untuk mengungkap kejanggalan tersebut.[rgu]
KOMENTAR ANDA