Pemerintah diharapkan tidak berhenti melakukan penegakan hukum setelah berhasil membongkar satu jaringan pembuat dan distributor pupuk ilegal. Karena, pupuk palsu dengan berbagai jenis ternyata marak di banyak daerah.
Ketua Umum Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengapresiasi kinerja Kementerian Pertanian dan Kepolisian yang berhasil mengungkap sindikat pupuk ilegal.
"Kami mengapresiasi keberhasilan membongkar jaringan pembuat pupuk palsu. Para petani tentu senang karena ruang gerak peredaran pupuk palsu semakin sempit," kata Winarno sepertidilansir dari Kantor Berita Politik Rakyat Merdeka Online.
Namun demikian, Winarno mengingatkan, pemerintah agar tidak cepat puas. Karena, pupuk palsu terendus banyak beredar di berbagai wilayah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Sumatera Utara, Riau dan Aceh. Hal ini menunjukkan indikasi kemungkinan pemainnya tidak hanya satu.
Dia mengatakan, pupuk palsu yang banyak ditemukan di daerah jenis NPK. Karena jenis pupuk itu paling mudah dipalsukan. "Peredaran pupuk palsu harus diberantas sampai bersih. Pupuk palsu memang tidak sampai mematikan tanaman, tetapi bikin kualitas tanaman jelek," katanya.
Seperti diketahui, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Moechgiyarto berhasil menemukan 6 kontainer berisi 136 ton pupuk ilegal di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (8/4).
Hal ini terungkap setelah ada orang yang mengadu ke polisi pelabuhan bahwa Priok sering dijadikan akses mengirim pupuk ilegal dari Jawa Barat, khususnya Sukabumi. Menurut Amran, jaringan sindikan pembutan dan distributor pupuk ilegal tersebut sudah beroperasi sejak 2007 dengan menyebab kerugian Rp 720 miliar.
Amran bisa memastikan pupuk tersebut ilegal karena produsen tidak mempunyai izin produksi dan produk yang dihasilkan tidak memiliki komposisi standar sesuai aturan pemerintah.
Keresahan terhadap pupuk palsu belum lama ini diungkapkan para petani pada seminar mengenai riset perkebunan nusantara di Bali, satu pekan lalu. Pada seminar ini terungkap maraknya peredaran pupuk palsu di Indonesia. Banyak peserta menceritakan pengalamannya menjadi korban peredaran pupuk palsu. Salah satu peserta menceritakan pernah membeli pupuk yang isinya ternyata terbuat dari bahan baku batu bata. Hal itu diketahui saat sedang menggunakan jenis pupuk KCL. Pupuk itu saat digunakan tidak larut. Setelah mencari tahu, bahan baku pupuk tersebut ternyata batu bata. Dari seminar itu juga terungkap Indonesia mengalami defisit pupuk. Kekosongan itu yang disinyalir diisi pupuk ilegal.[hta]
KOMENTAR ANDA