DENGAN dideklarasikannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, Indonesia tidak hanya dilegitimasi sebagai surganya keanekaragaman dalam bermasyarakat, tapi juga menjadi surganya para pemuda. Bayangkan saja pada perjuangan kemerdekaan, berbagai latar belakang pendidikan mulai dari mondok di pesantren hingga mondok di universitas terkemuka dunia, berbagai ideologi mulai dari yang paling kiri hingga paling kanan berhasil dimonopoli oleh para pemuda untuk menjalankan kendaraan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sampai pada titik reformasi 1998, mahasiswa dan pemuda juga yang mengantarkan Indonesia ke pintu gerbang demokrasi. Indonesia adalah surganya para pemuda, tak dapat dipungkiri.
Menjadi surganya para pemuda ternyata tidak hanya milik etnis asli (pribumi) Indonesia. Setiap pemuda dari berbagai etnis yang merantau mengadu nasib di Indonesia dan memiliki disiplin perspektif afiliasi bernegara dan berbangsa dengan orientasi ke-Indonesia-an juga ikut mendapatkan porsi Indonesia sebagai surganya pemuda. Salah satu contohnya adalah D. Kumarasamy, etnis tamil yang tetuanya sudah membekali diri dengan perspektif afiliasi bernegara dan berbangsa dengan orientasi ke-Indonesia-an.
Perspektif afiliasi bernegara dan berbangsa untuk etnis pendatang di Indonesia adalah sebuah hal yang sangat penting untuk sinergisitas masa depan Indonesia dan etnis pendatang itu sendiri. Indonesia yang penuh perjuangan dan pertarungan ideologi telah membentuk sebuah testamen berjudul Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Testamen tersebut adalah cita-cita yang akan membentuk Indonesia menjadi peradaban yang luhur dan berbudi. Segala etnis pendatang yang enggan memiliki perspektif afiliasi berbangsa dan bernegara dengan orientasi ke-Indonesia-an, tidak akan pernah diterima sebagai bumi putra. Jika enggan memiliki perspektif afiliasi berbangsa dan bernegara seperti yang telah digambarkan, maka etnis pendatang tersebut adalah agensi dan milisi negara asalnya untuk membuat negara di dalam negara Indonesia.
D. Kumarasamy dan kalangan etnis Tamil lainnya telah diterima sebagai bumi putra di Indonesia. Mereka sudah tidak lagi memiliki orientasi berbangsa dan bernegara India, Pakistan, Sri Lanka, atau negara dengan basis ras Tamil lainnya. Sejak mereka memutuskan untuk merantau dan mengadu nasib di bumi pertiwi, satu-satunya bangsa dan negara mereka adalah Indonesia.
Oleh karena itu D. Kumarasamy memutuskan untuk mengadu nasib di Medan, mengabdikan jiwa dan semangat mudanya untuk mensejahterahkan seluruh kasta etnis Tamil di Medan dan Sumatera Timur umumnya. Tak pernah sedikitpun terpikirkan olehnya untuk meraup pendapatan materi yang berlimpah dari Indonesia dan membawanya ke tanah asalnya, India. D. Kumarasamy dan seluruh pengikutnya sudah membumi di Indonesia. (bersambung)
KOMENTAR ANDA