post image
KOMENTAR
Anggota Kelompok Pakar Badan Pengelola Geopark, Gagarin Sembiring mengatakan penyebutan Geopark Kaldera Toba lebih tepat untuk menyebutkan Danau Toba sebagai destinasi wisata unggulan dibanding menggunakan istilah Monaco of Asia. Hal ini disampaikannya usai menggelar Focus Group Discussion (FGD) "Langkah Nyata Menuju Global Geopark Kaldera Toba" yang digelar di Ruang Senat Akademik, USU, Jalan dr  Mansyur, Medan, Rabu (6/4).

"Geopark kaldera toba adalah branding kita. Banyak dari kita yang bingung dengan sebutan Monaco of Asia. Jangan bingung lagi mencari branding," katanya.

Gagarin mengatakan jika danau toba ingin menjadi geopark national kaldera toba, pemerintah harus memenuhi tiga pilar geopark.

"Ada tiga pilar geopark yaitu geodiversity, cultural diversity, biodiversity. Kita akan mengenal konservasi, pendidikan dan pemberdayaan masyarakat dalam wacana geopark yang akan diajukan unesco," ujarnya

Pada 2015, danau toba telah resmi diajukan untuk menjadi geopark national kaldera toba ke UNESCO. Namun pada saat itu, UNESCO memutuskan danau toba belum siap dan belum matang.

"Pengumuman keanggotaan geopark unesco 18 sep 2015, masalah kita untuk menuju GNKT adalah belum matang, areal terlalu luas dan kita harus mengkonsentrasikannya, tidak ada kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pendidikan," ungkapnya.

Selanjutnya Gagarin menyebutkan bahwa untuk memenuhi persyaratan UNESCO tersebut, kegiatan pariwisata dan budaya harus dikonsentrasikan menjadi 12 geosite pada 7 kabupaten.

"Geopark meliputi 3658 km2, maka kita perlu memusatkannya menjadi 12 geosite pada 7 kabupaten. Situs warisan alam, pusat informasi, pusat edukasi, pusat atraksi adalah hal yang harus segera kita benahi untuk memenuhi persyaratan unesco," demikian Gagarin.[rgu]

LPM dan FKM USU Gelar Edukasi Kesahatan dan Pemberian Paket Covid 19

Sebelumnya

Akhyar: Pagi Tadi Satu Orang Meninggal Lagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel