Saat ini, PDI Perjuangan begitu memperhatikan pendidikan politik dan kaderisasi. Sebab dua hal ini membentuk kekuatan politik yang ideologis, militan dan fungsional di tengah masyarakat, serta mampu menjadi inspirasi bagi pergerakan masyarakat.
Demikian disampaikan Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto. Hasto mengingatkan, saat ini peran partai politik disorot masyarakat luas, karena dianggap tidak memiliki daya kreatif untuk membangun iklim politik yang positif bagi rakyat banyak. Dan PDI Perjuangan juga siap menjawab kritikan masyarakat.
"Kritikan kita nilai sebagai bentuk sodoran kegelisahan rakyat. Dan melalui kritik inilah PDI Perjuangan melakukan otokritik untuk terus memperbaiki diri. Sebab, PDI Perjuangan adalah Partai yang lahir dari kekerasan sejarah, dari perjuangan untuk menegakkan api cinta pada bangsa ini," kata Hasto, Selasa malam (5/4).
Dalam dialektika perkembangan partai, lanjut Hasto, PDI Perjuangan menyadari bahwa kritik masyarakat luas sangatlah penting untuk lahirnya kader yang berkarakter, jujur dan memiliki standar moralitas yang tinggi. PDI Perjuangan, juga memerlukan kader yang bisa menerobos ke bawah, menjadi inspirasi gambaran idealpolitik, dan menjadi pemimpin di masyarakat paling bawah, serta menjadi pandu masyarakat.
Hasto menegaskan bahwa partai bukanlah sekedar kumpulan orang yang membicarakan rumor. Partai juga bukan gerombolan orang per orang. Partai adalah sebuah gerakan ideologis yang sistematis serta mengakar pada kebudayaan bangsa. Partai juga adalah kerja kolektif dan tersistemasi, merupakan suatu gerakan menyeluruh yang mampu menggerakkan simpul-simpul di tengah masyarakat untuk menciptakan idealisme Partai.
"Inilah yang menjadi alasan, mengapa dalam pilkada kita menempuh jalan kepartaian untuk rakyat, dan tidak memberikan dukungan jalan perorangan sebagaimana akhir-akhir ini bergema kuat di ibukota negara kita," jelas Hasto. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA