post image
KOMENTAR
SETIAP manusia akan tumbuh dewasa dengan kehendak dan kemampuan individunya, dapat menembus kenyamanan yang sudah atau mungkin akan ada di garis masa depan kehidupannya. Pertumbuhan setiap manusia pun tidak berlaku searah dan menjemukan seperti yang sering ditampilkan sinetron murahan di televisi.

Pertumbuhan dan pergerakannya membentuk sebuah pola yang jika diproyeksikan akan berbentuk seperti bumi, berawal dari satu kemudian hidup dan tumbuh beragam mengisi setiap ruang yang bisa ditempati hingga akhirnya kembali lagi pada satu titik. Ya, manusia berawal dari satu, hidup di jalan yang berbeda-beda untuk menuju satu. Berawal dari peradaban dan berakhir untuk peradaban.

Sejarah adalah bahan baku intelektualitas masa depan, sejarah pernah mecatat perjalanan hidup seorang tamil. Ia adalah Duraisamy Kumarasamy, sering disapa sebagai D.K. Ia terlahir di Binjai pada tahun 1906 dari buah kasih antara Duraisamy Pillay dan Purwathi yang berstatus sebagai tamil diaspora (pendatang) di Sumatera Timur.  

D. Kumarasamy adalah salah satu di antara banyak manusia yang menempuh jalan-jalan sunyi dan sulit demi peradaban yang lebih baik untuk sebuah kelompok masyarakat. Tanda-tanda adanya sebuah perbedaan pada dirinya sudah dimulai sejak ia berumur 6 tahun.

Sejak berumur 6 tahun, D. Kumarasamy yang beragama Hindu sudah sering mendatangi kuil-kuil dan membaca kitab-kitab, berbeda dengan anak lainnya. Perjalanan spiritual seorang D. Kumarasamy telah membenih di usia 6 tahun. Faktor genetis adalah hal yang paling kuat melatarbelakangi perbedaan tersebut. Ayahnya adalah Hindu tamil yang cukup mapan dan dikenal sebagai tamil yang memiliki pengetahuan dan spiritual tinggi di ajaran Hindu.

Perbedaan pada diri D. Kumarasmy tidak cukup sampai di situ. Memiliki tingkat spiritual yang tinggi karena memiliki ayah yang juga merupakan seseorang dengan tingkat spiritual tinggi bukanlah sebuah perbedaan yang kontras. Perbedaan yang sangat kontras pada diri D. Kumarasmy terletak pada jiwa revolusionernya.

Sesungguhnya, sebelum jiwa revolusionernya mulai mengkistal, ia menjalani hidup sebagai anak yang beruntung. Berstatus sebagai klan tamil yang berada dari segi materi dan sosial memberikannya jalan mudah untuk mendapatkan sekolah formal dan pendidikan agama yang berkualitas baik. Pada tahun 1913 yaitu saat berusia 7 tahun, D. Kumarasamy memulai pendidikan formalnya di Medan, sekolah yang jauh lebih baik dari sekolah-sekolah di Binjai pada saat itu. Tujuh tahun kemudian, D. Kumarasmy menyelesaikan pendidikan dasarnya.

Kendala mulai muncul saat D.K. ingin lanjut ke jenjang pendidikan selanjutnya. Ada sebuah sekolah menengah (MULO) yang dikelola oleh pemerintah Belanda. Namun D.K. terkendala untuk masuk ke sekolah tersebut, keluarga dan latar belakang pendidikannya tidak dapat memenuhi syarat. (Bersambung)


Bank Sumut Kembalikan Fitrah Pembangunan, Kembangkan Potensi yang Belum Tergali

Sebelumnya

Berhasil Kumpulkan Dana Rp 30 Juta, Pemkot Palembang Sumbang Untuk Beli APD Tenaga Medis

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ragam