Tidak bisa dibantah lagi bahwa terorisme adalah kejahatan luar biasa yang mesti diberantas. Tetapi, tindakan ilegal aparat negara dalam upaya penegakan hukum juga bisa disebut sebagai bentuk terorisme baru.
Jika seorang warga negara ditangkap, digeledah, lalu dikembalikan dalam keadaan tak bernyawa, itu merupakan bentuk terorisme baru. Karena menghilangkan nyawa seorang warga negara, dan seolah-olah itu adalah legal.
Demikian diutarakan peneliti Indonesian Corruption Watch (ICW), Donal Faridz, saat konferensi pers aliansi masyarakat sipil untuk membantu Suratmi, dalam mencari keadilan atas kematian suaminya, Siyono, setelah ditangkap oleh Densus 88, di Jakarta.
"Posisi kami soal humanity, seorang istri yang suaminya diambil negara, pulang tak bernyawa. Densus 88 ini kan pasukan elite, namun tindakan mereka ini 'katro' (kurang pengetahuan) dalam penegakan hukum," tegas Donal, Jumat, (1/4).
Donal menyatakan, meski Densus 88 adalah pasukan elite yang dilatih oleh Australia, tetapi profesionalitas mereka masih sangat rendah. Malah tindakannya hampir sama dengan polisi kebanyakan dalam penanganan kasus pencurian kendaraan bermotor. Tak jarang para pencuri ditangkap, dipukuli yang mengakibatkan hilang nyawa.
Seharusnya, pasukan elite berbeda dengan polisi lainnya, sangat detail dan hati-hati dalam bertindak dan mencari calon tersangka, serta mentaati dengan benar prosedur penangkapan seorang calon tersangka.
"Dituntut seperti itu, supaya sesuai dengan namanya pasukan elite. Kalau seperti kasus kematian Siyono, apa bedanya Densus dengan polisi biasa?" tanya Donal.
Kemudian, dari sudut pandang aktivis anti korupsi, ia menyorot sejumlah uang yang diberikan kepolisian kepada Suratmi, yang ditenggarai sebagai uang "penebusan dosa" aparat setelah kematian suaminya. Ia menegaskan bahwa publik pun harus tahu darimana asal uang itu. Ia mencontohkan, banyak kasus salah tangkap oleh kepolisian seperti yang terjadi di Payakumbuh namun permintaan korban yang menuntut ganti rugi tidak pernah dikabulkan.
"Nah ini kasusnya terorisme, duitnya malah dikasih banyak. Padahal enggak diminta oleh keluarga korban. Motifnya apa, tiba-tiba kasih duit. Duitnya darimana?" ungkap Donal. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA