post image
KOMENTAR
Gerakan Mahasiswa (Gema) Pembebasan Sumatera Utara (Gema) menggelar aksi unjuk rasa di Bundaran Majestyk, Jalan Gatot Subroto Medan, Sabtu (19/3). Dalam orasinya mereka mendesak agar pemerintah membubarkan Detasemen Khusus (Densus) 88 karena dinilai menjadi pasukan khusus yang selalu indentik dengan kekerasan saat melakukan tugasnya. Bahkan nyawa warga yang terindikasi ikut aksi terorisme kerap melayang ditangan mereka.

Aksi Densus 88 ini menurut pengunjuk rasa semakin tidak dapat diterima mengingat sasaran mereka selalu kalangan umat muslim.

"Densus 88 lah teroris yang nyata," kata Koordinator Aksi Andika Mirza.

Salah satu bukti dari kebrutalan pasukan khusus ini menurut pengunjuk rasa yakni kasus kematian Siyono yang tewas ditangan Densus 88 di Klaten karena dugaan penganiayaan saat dijemput. Menurut mereka kasus yang dialami Siyono menjadi kasus terakhir betapa mudahnya Densus 88 mencabut nyawa seseorang yang mereka sebut terlibat jaringan teroris.

"Ratusan orang meninggal akiba densus, ini yang membuat masyarakat khussunya umat muslim menjadi lebih marah lagi atas tindakan yang dilakukan," ujarnya.

Aksi ini menurut para pengunjuk rasa berlangsung secara nasional atas instruksi pengurus Gema Pembebasan Pusat. Dalam aksi di Medan ini, para pengunjuk rasa juga membeberkan berbagai kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Densus 88 seperti kasus tewasnya Nurdin di Kecamatan Dompu pada 20 September 2014, dan penangkapan-penangkapan lainnya  yang juga memakan korban seperti di Jakarta, Kendal, bandun, Kebumen dan lainnya. Mereka menyimpulkan dari berbagai aksi ini, Densus 88 harus dibubarkan.

"Pembubaran Densus 88 tidak dapat ditawar lagi," demikian Andika.[rgu]

LPM dan FKM USU Gelar Edukasi Kesahatan dan Pemberian Paket Covid 19

Sebelumnya

Akhyar: Pagi Tadi Satu Orang Meninggal Lagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel