MBC. Disinyalir ada pihak-pihak yang tidak bisa menerima kehadiran Rizal Ramli di tubuh Kabinet Kerja. Mereka merasa terganggu dengan Rizal Ramli yang tegas dan tidak pandang bulu dalam menerapkan aturan. Rizal Ramli dianggap berbahaya karena memotong kepentingan bisnis mereka.
Skenario yang digunakan oleh kelompok ini adalah dengan membentuk opini sedemikian rupa bahwa Presiden Joko Widodo dan Rizal Ramli tidak memiliki kesepahaman dalam sejumlah hal.
Upaya ini antara lain terlihat dari isu politik yang dimunculkan terkait target dwelling time atau masa tunggu di Pelabuhan Tanjung Priok. Dimunculkan opini seolah-olah Presiden Jokowi tidak puas dengan kinerja Rizal Ramli memperpendek dwelling time.
Padahal sebaliknya, Presiden Jokowi mengakui bahwa target dwelling time berhasil dipenuhi Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya.
Rizal Ramli, ketika berbicara di kediaman pribadi di Jalan Bangka IX, Jakarta Selatan, Jumat sore (18/3), mengatakan pihaknya telah melampaui target dwelling timeyang diberikan Presiden Jokowi pada Agustus 2015, yakni 4,7 hari, menjadi 3 hari. Karena keberhasilan itu, Jokowi memasang target baru yakni 2 hari.
Rizal juga mengatakan, dirinya optimis target itu bisa dipenuhi.
"Paling pas membandingkan kita dengan Malaysia dalam hal masa tunggu atau dwelling time di pelabuhan. Kita bisa mengimbangi Malaysia," ujarnya.
Saat ditanya apakah bisa menyamai masa tunggu di Singapura yang dalam kisaran satu hari, Rizal mengatakan, Singapura bisa menekan masa tunggu sekecil mungkin karena pelabuhan-pelabuhan di Singapura umumnya adalah pelabuhan transit. Berbeda dengan pelabuhan di Indonesia dan di Malaysia.
Rizal juga melusurkan kabar yang berkembang bahwa pemerintah menerapkan pajak progresif kepada pemilik peti kemas. Dia menegaskan, bahwa informasi itu keliru.
Yang benar, pemerintah memberikan denda untuk setiap peti kemas yang berada lebih dari dua hari. Jadi denda sebesar Rp 5 juta diberikan di hari ketiga,” ujarnya.
Menurut Rizal selama ini biaya sewa tempat bagi peti kemas di Tanjung Priok terlalu murah dibandingkan dengan di luar. Keadaan ini dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan nakal sehingga akhirnya peti kemas mereka menumpuk di Tanjung Priok. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA