Perjuangan mendiang mantan Presiden Venezuela, Hugo Rafael Chávez Frías, melawan neo-kolonialisme dan neo-liberalisme bisa dikatakan serupa dan setara dengan perjuangan Presiden pertama RI, Ir. Sukarno.
"Bung Karno ajarkan setiap pemerintahan dalam negara independen harus mempunyai kedaulatan sistem politik ekonomi dan budaya yang bebas dari pengaruh dan intervensi negara asing," ujar pendiri Yayasan Pendidikan Soekarno, Rachmawati Soekarnoputri, dalam pidatonya di Konferensi dengan tema "Thoughts Force and Work of the Commander Hugo Chaves Frias" di Universitas Bung Karno, Menteng, Jakarta Pusat, kemarin (Kamis, 17/3).
Dutabesar Republik Bolivarian Venezuela untuk RI, Gladys F. Urbaneja Duran, hadir dalam acara tersebut.
Menurut Rachma, jika orang berbicara tentang "Commander" Hugo Chavez Frias, maka semua pasti mengetahui bahwa dialah satu-satunya pemimpin di Amerika Latin yang paling gigih dan konsisten memerangi neo-kolonialisme dan praktik neo-imperlialisme oleh negara kapitalis yang berlangsung puluhan tahun di selatan benua Amerika.
"Di bawah kepemimpinan Commander Hugo Chaves Frias, Republik Bolivarian Venezuela telah menjadi bangsa yang memiliki identitas kuat, independen dalam ekonomi dan mampu menghadapi serangan neo-kolonialisme dan neo-imperialisme," kata Rachma.
Hugo Chavez adalah presiden Venezuela untuk periode 1999 hingga 2013. Saat berkuasa Chavez sempat menasionalisasi perusahaan-perusahaan tambang asing yang mengeruk kekayaan alam Venezuela sejak lama.
Pada tahun 2012 Chavez menderita sakit dan meninggal dunia 5 Maret 2013.
Konferensi kemarin juga digelar untuk mengenang tiga tahun wafat Chavez. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA