post image
KOMENTAR
ENTAH apa yang ada dikepala elit elit bangsa ini ketika artis Zaskia Gotik mengatakan lambang sila ke 5 ideologi bangsa, Pancasila, adalah Bebek Nungging. Zaskia mengatakan itu beberapa hari lalu di acara "Dahsyat" RCTI, menjawab tebak tebakan. Acara berlangsung dengan penuh tepuk tangan pembawa acara dan penonton. Semua gembira.

Segelintir tokoh, seperti Fahira Idris, langsung melaporkan hal ini kepada polisi, sebagai pelecehan terhadap negara dan lambang negara. Fahira juga melaporkan kepada Komite Penyiaran Indonesia (KPI). Dunia maya tentu juga merespon hal ini. Juga sebagian LSM mengecam. Namun, tetap saja hal ini tidak mengimbangi asyik masyuk para elite memperbincangkan Ahok dan pilkada DKI.

Zaskia Gotik saat ini ketakutan, karena kemudian polisi menangani kasus ini, dimana ia akan ditersangkakan. Orang orang pun nanti akan bertepuk tangan karena Pancasila masih dianggap penting di negeri ini. Beberapa akan jadi pahlawan dan Zaskia Gotik mungkin akan jadi "bebek Nungging". Cerita selesai dan berlalu.

Pancasila Sukarno di Pantat

Berbeda dengan Zaskia, Habib Riziq dipersoalkan banyak pihak di dunia maya, termasuk di Kaskus, karena Riziq  mengatakan bahwa Pancasila Sukarno di Pantat. Konteks Riziq dalam pidatonya yang digugat, Riziq menyebutkan bahwa dalam Piagam Jakarta, Ketuhanan Yang Maha Esa itu letaknya di atas, sedangkan dalam Pancasila ala Bung Karno, Ketuhanan YME ada di paling bawah. Riziq meminta para pengikutnya untuk mempertahankan spirit Piagam Jakarta, di mana Islam menjadi sentral dalam kehidupan berbangsa di Indonesia.

Pidato Riziq ini digugat karena dua hal, pertama, Riziq dianggap ingin mengembalikan Islam sebagai dasar negara dan kurang menghormati sejarah, dimana Pancasila yang saat ini ada merupakan kompromi yang adil. Kedua, istilah pantat tersebut kurang pantas dikeluarkan dia. Terutama, karena ini menyangkut nama besar proklamator bangsa.

Entah kenapa, soal Habib Riziq ini, yang diperbincangkan dari tahun 2013 dan masih berlangsung 2014, tidak juga mendapatkan tempat istimewa dihati elite bangsa.

Zaskia, Riziq dan Pancasila

Menuduh Zaskia sebagai penjahat terhadap negara sangat gampang. Itu adalah ciri ciri kaum reaksioner. Persoalannya, kenapa dalam acara yang ditonton puluhan juta rakyat Indonesia itu, Pancasila, sila ke 5, dilambangkan sebagai "Bebek Nungging", dan orang-orang di studio tertawa.

Ada tiga hal berikut yang perlu kita cermati : pertama, Pancasila saat ini bisa jadi memang sudah hampir tidak dikenal dan tidak menjadi penting bagi rakyat Indonesia. Kedua, Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa kita, tidak dipelihara keberadaannya oleh penguasa dan elite kekuasaan yang ada. Ketiga, ideologi dalam konteks globalisasi memang sudah dianggap selesai tugasnya.

Berbeda di masa Bung Karno dan Pak Harto, ajaran ideologi bangsa mendapat tempat luas, baik di bangku-bangku sekolah maupun di ruang publik. Di masa tersebut Pancasila dijadikan doktrin yang diharuskan setiap bangsanya memahami maknanya. Paska Reformasi 98, kelihatannya hal ini hilang. Dan bahkan, seperti dalam kasus Zaskia, menjadi bahan canda dalam acara televisi yang berjangkau luas.

Elit bangsa juga kurang peduli dengan Pancasila. Hal terlihat dengan seenaknya mngrubah Pancasila dari pandangan hidup bangsa menjadi pilar bangsa. Lalu, tidak kalah dahsyatnya, membiarkan sila-sila Pancasila di "perkosa" kekuatan asing, seperi demokrasi liberal memangsa sila keempat dan neoliberlisme dan kapitalisme menghancurkan sila kelima.

Memang Pancasila di jaman Pak Harto sempat dijadikan alat kooptasi dan represi atas segala bentuk kehidupan rakyatnya. Namun, itu bukan berarti elite bangsa kehilangan semangat menjaga Pancasila sebagai pandangan hidup kita. Sebagai umpama, Panglima TNI, dalam sebuah wawancara di sebuah majalah, mengatakan demokrasi kita sudah menyimpang dari Pancasila, hampir setahun lalu, tanpa ada aksi selain kata-kata.

Zaskia mungkin asal omong saja soal  "Pancasila Bebek Nungging". Pasti dia tidak pernah memeriksa website center for duck studies. Tapi Zaskia mungkin saja memberikan kita teladan bahwa sila kelima tentang Keadilan Sosial itu hanya kata-kata tanpa makna, saat ini.

Berbeda dengan Zaskia, Habib Riziq tentu mempunyai kajian serius. Sebagai orang yang dianggap kontroversi, Riziq pasti menyiapkan berlapis argumen kenapa dia mengingatkan pentingnya Islam dalam keseimbangan sosiologis bangsa kita. Tapi, apakah Riziq pantas menggugat keagungan Bung Karno yang sudah memproklamasikan Indonesia, melawan kekuatan kapitalis dan imperialis barat dan timur?

Kembali dalam hal ini adalah, pertama, tantangan dan ucapan Riziq ini tidak ditanggapi serius  oleh elite bangsa. Kedua, kelihatannya, sekali lagi, soal ideologi bangsa ini sudah menjadi usang untuk dijadikan penting untuk dibicarakan. Padahal, tanpa ideologi, kita pasti dalam situasi terombang ambing antara kapitalisme barat dan  imperialisme Cina yang begitu dahsyat saat ini. Bung Karno mengingatkan kita, tidak ada bangsa bangsa asing itu datang untuk menawarkan kebaikan buat kita, mereka datang untuk mengambil dan menguras semua sumber daya kita.

Pengkhianatan Elite

Sudah jelas buat kita, mengadili Zaskia adalah sikap sikap reaksioner. Mencerca Habib Riziq juga sikap reaksioner meminjam Bung Karno, sebagai sebuah sikap kontra revolusioner.

Kenapa? Karena, rakyat sejatinya saat ini memang tidak melihat elite bangsa ini menjaga dan menjunjung tinggi Pancasila sebagai ideologi bangsa.

Hampir semua elite, baik menteri menteri, bupati bupati, gubernur gubernur, dan elite lainnya berlomba lomba untuk menjadi kaya. Hal itu dapat kita saksikan dari data laporan kekayaan para pejabat negara dan PPATK. Hal ini mereka lakukan di saat kemiskinaan dan penderitaan rakyat semakin parah. Koefsien Gini yang hampir mencapai 0,5, yang kata Jusuf Kalla beberapa bulan lalu sebagai sinyal bahaya, sebagai buruknya kesenjangan ekonomi kaya miskin, terjadi di depan mata.

Saat ini akhirnya kita sadar bahwa Zaskia Gotik mungkin sedang memberitahu kita bahwa sila kelima telah dikhianati. Elite telah mengkhianati kita. [***]

Oleh Syahganda Nainggolan

Penulis adalah peneliti Asian Institute for Information and Development Studies

Menghilangnya Karakter Kebangsaan pada Generasi Z

Sebelumnya

Hilangnya Jati Diri Seorang Siswa

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Opini