Warga perantauan asal Sidikalang, Kabupaten Dairi yang tersebar di Jabodetabek mengaku miris melihat perkembangan kabupaten sejak terbentuk 12 September 1947 lalu. Betapa tidak, wilayah berpenduduk sekitar 270 ribu jiwa itu, salah satunya belum terdapat universitas atau lembaga pendidikan tinggi, hanya sampai tingkat SMA/SMK.
Pemerhati sosial Edward Panggabean menyatakan bahwa banyak daerah yang tertinggal pertumbuhan ekonominya. Karena itu, dia mengapresiasi bentuk dukungan segenap warga perantauan asal Dairi yang sukses di tanah perantauan sangat baik untuk bahu membahu memajukan daerahnya, seperti mengembangkan sarana pendidikan, wisata, kuliner, industri kreatif, dan seni budaya.
"Memang tak bisa lepas tangan dan dibebankan ke pemkab setempat mengingat keterbatasan APBD, sebab itu perlu perhatian warga perantau. Dengan membangun kawasan itu apalagi eco wisata Dairi sudah cukup layak. Ya prinsip gotong royong dan bertolong-tolongan. Minimal, membantu meningkatkan usaha keluarga atau kerabatnya, itu sangat mulia," jelasnya kepada wartawan di Jakarta, Senin (14/3).
Edward pun mengatakan adanya penyalahgunaan narkoba menyerang wilayah Dairi,0 hal itu terjadi lantaran sulitnya mencari nafkah karena keterbatasan lapangan kerja di wilayah tersebut.
"Jadi ini ironis sekali, masyarakat sekarang mencari jalan pintas untuk mencukupi ekonominya. Seperti jual beli narkoba, ini sudah barang tentu sangat mudah didapat. Karennya pemberantsan narkoba perlu menjadi musuh bersama. Padahal, Dairi yang saya tau rendah tingkat kriminalnya. Penyakit HIV/Aids pun tak asa," ujar pria yang juga kerap berkunjung ke Dairi.
Karenanya, bila warga perantau yang sudah dibilang sukses perlu membangun percepatan pertembuhan ekonomi untuk aktifitas warga disana. Namun, perlunya perencanaan pembangunan yang didasarkan pada potensi lokal. Hal ini untuk menjawab dan menyelesaikan permasalahan dan kebutuhan lokal.
"Jadi tak hanya pemerintah setempat saja yang membangun perekonomian itu. Warga asal yang merantau pun perlu terbeban memikirkan kemajuan daerah yang pernah didiaminya. Ya sebagai sense of bilonging atau rasa memiliki daerah itu," ungkap Edward.
Pria yang orang tuanya kelahiran Batang Bereuh, Sidikalang ini juga mengingatkan kepada Pemkab Dairi untuk cepat mendengar aspirasi masyarakat setempat, sehingga perencanaan pembangunan daerah terakomodatif, sehinga secara efektif dan efisien dapat mewujudkan visi, misi dari tujuan pembangunan daerah itu sendiri.
"Pembangunan lambat berkembang bila pemerintah tak melibatkan warganya. Apalagi di Kabupaten Dairi masih ada desa belum dialirn listrik. Kalau tidak salah di Desa Bengkare, Sinar Pagi dan Desa Tangga Batu. Ini menjadi perhatian kita semua, khususnya pemerintah setempat," tandas Edward.[rgu/rmol]
KOMENTAR ANDA