post image
KOMENTAR
MBC.  Indonesia sedang berada di persimpangan jalan, perbedaan antara konservatif dan liberal. Menurut Ketua Umum Aliansi Nasionalis Indonesia (Anindo), Edwin Henawan Soekowati, ada empat kelompok saat ini di Indonesia, yaitu konservatif, neo konservatif, liberal dan radikal liberal.

Demikian disampaikan Edwin dalam acara Refleksi Lintas Generasi Memperingati 50 Tahun Supersemar "Membangun Konsensus Nasional Baru" bersama budayawan Ridwan Saidi, pakar ekonomi Sasmito, pakar hukum tata negara Samuel Lengkey, yang diselenggarakan oleh Patriot Pancasila di Gedung Kebangkitan Nasional, Jakarta, Jumat (11/3).

Menurut Edwin, pernyataannya tersebut hanya ingin mengingatkan, bahwa Indonesia sekarang ini tengah berada di persimpangan jalan antara kubu konservatif bersama neo konservatif melawan kelompok liberal dan radikal liberal.          

"Kelompok yang konsevatif adalah yang percaya bahwa cita-cita Proklamasi mewujudkan masyarakat adil makmur haruslah berdasarkan Pancasila dan UUD 45. Sementara neo konservatif tetap dalam Pancasila tapi UUD bisa dirubah sesuai kebutuhan zaman dengan tetap dalam semangat Proklamasi," kata mantan anggota DPR/MPR dari Fraksi PDI periode 1987-1992 ini.

Sementara kelompok liberal, lanjut Edwin, tidak peduli apa dasar negara maupun konstitusi. Yang penting bebas dan rakyat makmur. Tapi masih dalam bingkai atau sub koordinat negara Barat yang maju, tidak boleh tabrakan dengan kepentingan global.

Dan sementara kalau kelompok radikal liberal tidak peduli mau kepentingan Barat global, mau kepentingan China. Yang penting rakyat makmur, dasar negara konstitusi tinggal disesuaikan, undang-undang tabrak dulu, urusan belakangan.

"Kalau kita pakai pisau analisa, ini kita sudah bisa petakan Pemerintah Jokowi posisi dimana, parpol dimana, relawan-relawan presiden dimana, gubernur dimana, dan kita dimana dan sebagainya. Tapi jangan lupa banyak di Indonesia yang KKO alias kiri kanan oke, kadang-kadang kelompok yang terbesar di Indonesia," tukas mantan anggota KPU untuk Pemilu 1999 ini.

Sementara Ridwan Saidi menilai, Pemerintahan Jokowi saat ini tidak memahami dengan kebijakan-kebijakan yang diambilnya. "Contoh terakhir yang diungkapkan Jokowi pada saat pertemuan negara-negara Islam atau OKI yang baru lalu. Jokowi menghimbau agar memboikot produk-produk Israel," kata Ridwan.

Karena, lanjut Ridwan, produk-produk Israel mana yang akan diboikot. "Karena setahu saya produk-produk dari Israel itu hanya senjata," terang Ridwan.

Begitu pun dengan kiblat ekonomi yang diarahkan ke China. Ridwan merasa heran sekaligus bertanya, apakah Jokowi mengetahui pada saat ini perekonomian China pun sedang tidak bagus alias anjlok.

"Makanya saya berani katakan, bahwa kebijakan-kebijakan yang kerap diambil Pemerintahan Jokowi ini tidak pernah jelas," tandasnya. [hta/rmol]

PHBS Sejak Dini, USU Berdayakan Siswa Bustan Tsamrotul Qolbis

Sebelumnya

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN NELAYAN (KPPI) DALAM MENGATASI STUNTING DAN MODIFIKASI MAKANAN POMPOM BAKSO IKAN DAUN KELOR DI KELURAHAN BAGAN DELI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa