Bakal Calon Ketua Umum DPP Partai Golkar, Mahyudin menyarankan agar mekanisme pengusulan nama Caketum Golkar dilakukan dengan cara pemilihan tertutup.
Menurutnya, mekanisme dukungan dari para pemegang suara akan mengembalikan Golkar kepada konflik internal.
"Nggak perlu (dukungan pemegang suara) divoting saja, yang mendapat 30 persen suara itu dinyatakan jadi calon ketum," ungkap Mahyudin kepada redaksi di Jakarta, Sabtu (12/3).
Wakil Ketua MPR ini menambahkan, setelah bakal calon lolos ditetapkan sebagai Caketum, maka calon tersebut harus menyampaikan visi misi. Setelah itu para kandidat Ketum ini masuk ke putaran kedua yakni pemilihan Ketum dengan mekanisme yang sama, voting secara tertutup.
"(Putaran) pertama tidak perlu penyampaian visi misi, kalau sudah jadi calon, baru menyampaikan visi misi, dan baru masuk ke putaran kedua untuk dipilih jadi ketum. Tapi apabila ada salah satu calon yang mendapat dukungan 50 persen plus satu di putaran pertama maka calon tersebut dinyatakan dipilih secara aklamasi, jadi tidak perlu dilakukan pemilihan kedua," ujarnya.
Lebih lanjut, Mahyudin meyakini dengan mekanisme voting secara tertutup peluang Golkar dipimpin oleh orang yang berkompeten sangat besar. Sebab, para pemilih akan mengedepankan idealismenya untuk menunjuk pemimpin yang bisa membawa Golkar bangkit kembali. Apalagi, selama ini Golkar dirundung konflik internal, sehingga rasa untuk tidak mau mengulangi kejadian sebelumnya pasti akan muncul dari para pemilih.
"Saya optimis saja kemungkinan besar nanti pada saat voting tertutup semua pemegang hak suara itu kembali kepada idealismenya. Bukan karena uang memilihnya, tapi karena kerinduan melihat kebangkitan Partai Golkar kembali," pungkas Mahyudin.[rgu/rmol]
KOMENTAR ANDA