Johan Budi lebih tepat disebut juru kompor, bukan juru bicara presiden. Pasalnya, apa yang disampaikan Johan ke media kerap berbeda dari apa yang disampaikan Presiden Jokowi.
Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal ProDem, Satyo P Komeng kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (9/3).
Kengawuran terbaru Johan, sebut aktivis mahasiswa 1998 ini, menyoal dinamika di kabinet terkait pengembangan Blok Masela. Dengan sembrono Johan menafsirkan Presiden Jokowi marah. Padahal jika dicermati, Jokowi sebenarnya bisa memahami dan menanggapi situasi tersebut biasa-biasa saja. Dan bahkan dianggapnya sebagai proses pembelajaran bagi rakyat.
Satyo Komeng mengatakan manuver Johan perlu diwaspadai. Pernyataan yang disampaikan Johan, katanya, cenderung "mengangkangi" apa yang dihendaki Presiden Jokowi.
"Bersama Teten Masduki (Kepala Kantor Staf Presiden), Johan menjalankan duet pembusukan di dalam Istana, menjalankan "hiden agenda" neoliberal sontoloyo yang akan menjerumuskan Negara Indonesia menuju kepunahan," kata dia.
"Johan bersama Teten sangat erat emosinya dengan kelompok neolib, di belakang mereka ada Erry Riyana dan Kuntoro Mangkusubroto," lanjut Satyo Komeng.
Menurutnya, orang seperti Johan Budi yang membahayakan soliditas kabinet.
"Faktanya, sekalipun tidak ada instruksi presiden, Johan berinisiatif sendiri melemparkan bola panas ke publik," tegas Satyo. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA