Ekspedisi Maritim yang diinisiasi oleh Kementerian Koordinator Maritim dan Sumber Daya sukses menyaksikan Gerhana Matahari Total (GMT) di atas Kapal Pelni KM Kelud di Perairan Belitung, Rabu (9/3). Sejak dinihari, para tim, peserta dan awak media sudah bersiaga di top deck KM Kelud untuk menyaksikan detik-detik GMT yang merupakan momen langkah.
Kendati cuaca cukup berawan, namun secara total GMT terlihat sejak awal Matahari tertutup Bulan hingga menuju Gerhana Total.
Pukul 06.20, gerhana matahari mulai nampak. Semua peserta langsung menggunakan kacamata khusus yang sudah disiapkan oleh pihak Kemenko Maritim. Sekitar setengah jam proses matahari pelan-pelan tertutup Bulan hingga akhirnya Gerhana Matahari Total (GMT). GMT sendiri hanya berlangsung kurang lebih 2 menit. Suasana di tengah laut mendadak menjadi seketika gelap, sebelumnya di GMT terdapat cincin api atau corona kemudian setelah itu matahari mulai menampakkan diri kembali.
Astronom dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Suhardja Wiramihardja yang bersama-sama menyaksikan GMT di KM Kelud menjelaskan, saat waktu gelap, perilaku hewan-hewan banyak disorientasi atau tertipu cuaca. Seketika ayam berkokok, burung hantu keluar beraktivitas. Karena seolah seperti gelap saat malam menjelang subuh atau menjelang sore.
"Alhamdulillah, kita bisa menyaksikan momen GMT, kita lihat piringan apinya juga, kita sangat bersyukur," ujar Suhardja, Rabu (9/3).
Dijelaskannya, gerhana matahari sebenarnya sering terjadi setiap tahunnya, namun tidak mengalami gerhana total. Tahun depan, gerhana matahari total akan dapat dilihat di Amerika Serikat. Momen GMT hanya akan langka ditemui di satu tempat yang pernah mengalami GMT.
"Giliran gitu, tahun depan di Amerika. Gerhana matahari itu nggak jarang, tiap tahun ada, rata-rata 7 kali pertahun, tapi belum tentu total," urainya.
Ia mencontohkan, pada tahun 1984 ada GMT di Palembang, dan kemudian terjadi lagi saat ini.
"Kan nggak nyampe seratus tahun, udah ada lagi," tukasnya. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA