Pemangku kesultanan Langkat, DYMM Tuanku Azwar Aziz Rahmadsyah Alhajj mendorong agar sejarah Revolusi Sosial Sumatera Timur pada tahun 1946 dimasukkan dalam kurikulum pelajaran sejarah Indonesia khususnya di Sumatera Utara. Sejarah yang ditandai dengan penculikan dan pembunuhan para pemangku kesultanan dan pengikutnya di Kesultanan Langkat, Kesultanan Serdang dan Kesultanan Asahan tersebut menurutnya penting dipelajari sebagai salah satu sisi kelam perjalanan sejarah Republik Indonesia.
"Kita ingin sejarah terungkap dan puak Melayu lebih mengenal jati dirinya," katanya usai acara "Menolak Lupa Revolusi Sosial Sumatera Timur 1946" di halaman Masjid Raya Al Mashun, Juat (4/3) malam.
Azwar Aziz menjelaskan, sebagai bagian dari perjalanan negara Republik Indonesia seluruh perjalanannya harus dituliskan agar diketahui oleh seluruh masyarakat. Bukan bermaksud untuk menguak luka lama dan menumbuhkan dendam, namun kedepannya hal ini diharapkan menjadi pelajaran bagi seluruh kalangan masyarakat agar tidak mudah terhasut untuk terpecah antara satu dengan lainnya.
"Sudah 70 tahun terpendam. Bukan menguak luka lama, tapi membuka fakta sejarah," ungkapnya.
Untuk mendorong sejarah tersebut masuk dalam kurikulum sejarah, ia berharap seluruh cendikiawan Melayu yang ada di Sumatera Utara hingga yang berkiprah di kancah nasional ikut mendorong hal tersebut. Selain itu, ia juga berharap munculnya cendikiawan-cendikiawan yang melakukan penelitian lainnya untuk mengungkap fakta sejarah tersebut.
"Secara akademis kita punya pakar, pelaku dan penulis sejarah itu sama penting," demikian DYMM Tuanku Azwar Aziz Rahmadsyah Alhajj.[rgu]
KOMENTAR ANDA